Penarikan mundur dari Jalur Gaza; Peran Karzai di masa depan
26 Oktober 2004Tampaknya rencana PM Israel Ariel Sharon tentang penarikan mundur dari Jalur Gaza akan didukung oleh mayoritas tipis parlemen. PM Sharon tergantung pada suara oposisi, karena anggota parlemen dari partai koalisinya sendiri menolak rencana itu. Sharon merencanakan pembongkaran semua pemukiman Yahudi di jalur Gaza maupun empat pemukiman lain di Tepi Barat , sampai bulan September 2005.
Harian Italia La Republica tentang rencana penarikan tsb berkomentar:
PM Ariel Sharon bertekad menuntaskan masalah itu. Ia yakin penarikan mundur dari Jalur Gaza merupakan suatu keharusan , guna memperkuat kehadiran Israel di lokasi yang penting bagi negara Yahudi itu, yakni di Tepi Barat. Namun langkah itu juga penting bagi Sharon , guna memperkokoh demokrasi di Israel, yang terancam akibat pertumbuhan demografis masyarakat Palestina. Dalihnya sederhana: Dalam situasi seperti sekarang ini, demokrasi di Israel tidak mungkin dipertahankan, bila pada waktu bersamaan menduduki sebuah bangsa yang terdiri atas 4 juta jiwa. penduduk.
Harian Inggris The Independent mendukung rencana penarikan mundur Israel. Kami kutip:
Lebih baik ada langkah kecil bagi perdamaian di Timur Tengah, daripada sama sekali tidak mengambil tindakan apa pun. Bagaimana pun soal perdamaian tidak diputuskan sekarang. Untuk itu dibutuhkan intervensi Presiden AS setelah Pemilu dan pimpinan yang lebih baik, yang sekarang ini tidak dimiliki oleh Palestina mau pun Israel. Tetapi sebuah parlemen yang mendukung langkah itu, mungkin juga bersedia mendukung penarikan mundur yang lebih menyeluruh, yang dibutuhkan bagi penyelesaian masalah Palestina.
Harian Italia Corriere della Sera dalam komentarnya mengenai dampak dari penarikan mundur yang kontroversial itu, menulis:
PM Ariel Sharon yang bertekad melaksanakan rencananya terancam perpecahan. Perpecahan dalam pemerintahan dan partainya. Namun PM Israel terutama telah memutuskan hubungan dengan para pemukim yang merasa dikhianati. Namun bila Selasa malam mendatang akan diadakan pemungutan suara mengenai penarikan mundur dari Jalur Gaza, Sharon akan didukung oleh mayoritas lain, yang bergeser ke kiri. Mungkinkah itu tindakan pertama suatu pemerintahan baru?
Hamid Karzai menang mutlak dalam pemilihan umum presiden di Afganistan. Hamid Karzai, tokoh dari suku Pastun yang berusia 46 tahun , kandidat kesayangan AS dan dunia barat memenangkan Pemilu yang historis di negeri Hindukush. Dengan demikian George W Bush telah mencapai targetnya.
Harian Jerman Die Welt berkomentar:
Bahwa para lawan Karzai tanpa keluhan menerima hasil Pemilu tidak mengherankan. Bukankah mereka semua mengharapkan jabatan dalam kabinet baru? Kemenangan Pemilu dibandingkan dengan tantangan-tantangan di masa depan, sebenarnya permainan yang mudah. Karzai kini harus menunjukkan bahwa ia benar-benar pemimpin seluruh bangsa Afghan. Ia harus mampu membentuk pemerintahan yang legitim yang mewakili semua kelompok etnis. Ekonomi dan keamanan harus dipulihkan. Selama ini negara yang hancur itu secara ekonomis dan militer, tergantung pada barat, dan menjadi tempat bermain para panglima perang yang saling bersaing dalam bisnis narkotika. Karzai yang sering dijuluki sebagai boneka-nya AS dan walikota Kabul harus membuktikan kemampuannya , tanpa membuat jengkel para lawannya yang kuat.
Harian Frankfurter Rundschau mengenai peran Karzai di masa depan mengulas:
Pemilu itu membuktikan dua hal: Pertama , kelemahan sayap radikal Taliban, dan keininginan mayoritas rakyat akan sebuah sistim yang mirip demokrasi. Karzai kini bukan lagi penguasa regional untuk kawasan ibu kota Kabul. Ia kini terpilih sebagai presiden Afganistan. Para kandidat lawannya di masing-masing kawasan etnisnya meraih sukses. Rakyat Afganistan bukanlah suatu kesatuan melainkan sebuah koalisi. Membangun kepercayaan di dalam negeri merupakan salah satu tugas utama. Juga perbedaan politik dan sosial serta permusuhan antar kelompok suku di masa silam memperkuat posisi para ekstremis Taliban. Kini tugas Karsai untuk mereformasi masyarakat, merealisasikan modernisasi, dan mengenyampingkan perbedaan-perbedaan ideologi.