Pemilu di Pakistan Terancam Gagal
27 Desember 2007Tanpa buang waktu, Presiden Pakistan Pervez Musharraf mengajak rakyatnya untuk menenangkan diri. “Agar kita mampu mengalahkan wujud iblis para teroris.” Tandasnya di sebuah saluran televisi milik pemerintah, kamis (27/12). Musharraf juga menyatakan pemerintah berkabung selama tiga hari berturut-turut.
Tak ketinggalan Perdana Menteri Somoro berjanji pemerintahannya akan mengupayakan segala cara untuk mengungkap “konspirasi untuk mengacau-balaukan Pakistan” dan menemukan dalang di balik pembunuhan Bhutto.
Disadari atau tidak, panasnya situasi menjelang pemilu di Pakistan ikut membumbui reaksi para pemimpin negeri itu ihwal kematian Benazir Bhutto. Pasalnya kematian Bhutto terjadi cuma beberapa hari sebelum digelarnya pemilihan umum.
Nawaz Sharif, bekas Perdana Menteri yang juga musuh bebuyutan Bhutto, menuntut pembalasan dendam terhadap pembunuh Bhutto. “Mulai detik ini, saya yang akan melanjutkan perang kalian.” Teriaknya dengan alamat kepada para pendukung Bhutto.
Beberapa pengamat politik internasional memahami reaksi politis yang berbau oportunis yang muncul setelah kematian Bhutto itu. Pasalnya pendukung Bhutto terkenal yang paling banyak di Pakistan. Dan pada pemilu nanti, Bhutto diprediksi bakal keluar sebagai pemenang. Jadi bisa dibayangkan, jutaan pendukung Bhutto yang kebingungan kehilangan figur pimpinannya.
Para pendukung Bhutto sendiri mengamuk di beberapa kota besar di Pakistan. Kantor berita AFP melaporkan, ribuan pendukung Bhutto membakar gedung pengadilan di kota tempat kelahiran PM Somoro.
Sementara di Peshwar, polisi harus bertindak kasar untuk membubarkan kerumunan masa yang mengamuk. Sedikitnya empat anggota kepolisian tewas dan belasan lainnya luka-luka akibat kejadian tersebut.
Belum jelas, apakah pemilihan umum masih tetap akan digelar tangal 8 januari mendatang.
Bekas PM Nawaz Sharif yang juga mencalonkan diri, mengajak rakyat Pakistan memboikot pemilu. Ia juga menuntut Musharraf mengundurkan diri dari jabatannya. “Di bawah Musharraf...” begitu ujar Sharif, “tidak mungkin menggelar pemilu yang bebas dan adil.” Sharif juga menyatakan, partainya tidak akan ikut serta dalam pemilihan umum bulan Januari tahun depan.