Pemilu di Pakistan Ditunda
2 Januari 2008Sebagian orang menilai, penundaan hanya akan memberi waktu tambahan bagi rejim saat ini untuk mempersiapkan sesuatu yang menguntungkan pihaknya sendiri.
Kubu oposisi Pakistan, Partai Rakyat dari Benazir dan Liga Muslim pimpinan mantan PM Nawaz Sharif, juga berkeinginan mempertahankan jadwal pemilu.
Enver Baigh dari Partai Rakyat Pakistan mengatakan:
"Mereka mencoba untuk memberi ruang bagi partai pimpinan Musharraf, sehingga mereka bisa lolos dalam pemilu ini."
Partai Rakyat juga bukannya tidak memperhitungkan faktor simpati akibat tewasnya pimpinan karismatik mereka Benazir Bhutto, yang bisa menarik lebih banyak pemilih. Penjelasan dari Asif Zardari, suami Bhutto yang kini menjabat wakil ketua partai yang baru, menyebutkan, pemilu adalah hal yang mendukung demokrasi, dan Bhutto tewas demi demokrasi.
Hari Rabu (02/01) Komisi Pemilihan Umum berkonsultasi dengan para partai politik, tapi kabar burung menyebutkan mereka sudah siap untuk menunda pemilu menjadi Februari. Terbukti, pemilu ditunda 6 minggu, menjadi 18 Februari.
Kerusuhan setelah tewasnya Benazir, disebut sebagai alasan yang mengganggu persiapan. Daftar pemilih dilaporkan hilang dalam serangan di sejumlah kantor pemilu. Para petugas pemilu kesulitan datang ke kantor akibat penutupan pompa bensin dan situasi kemanan tak menentu selama 3 hari berkabung nasional bagi Bhutto, yang berakhir Minggu malam.
Michael Gahler, ketua pemantau pemilu UE di Islamabad tidak menyangkal kondisi itu.
"Kami bisa memastikan bahwa di sekitar Karachi, ibukota provinsi Sind di Selatan, puluhan pusat penghitungan suara dirusak, begitu pula peralatan pemilu lainnya."
Sementara itu, Perancis dan Uni Eropa menawarkan bantuan pada Pakistan untuk ikut menyelidiki pembunuhan terhadap Benazir. Tawaran itu disampaikan Menlu Perancis Bernard Kouchner dalam pertemuan dengan Presiden Musharraf di Rawalpindi, kota tempat terbunuhnya Benazir. Menurut Kouchner, Musarraf menilai tawaran itu sebagai gagasan menarik.
Pemerintah Pakistan secara resmi menolak himbauan agar dilakukan penyelidikan internasional mengenai pembunuhan itu, namun membuka pintu bagi bantuan penyelidikan dari luar negeri.
Hari Rabu (02/01), pemerintah memasang pengumuman di koran nasional terbesar berbahasa Urdu, menawarkan hadiah bagi mereka yang dapat mengidentifikasi dua tersangka pelaku pembunuhan Benazir.
Keduanya ditunjukkan dalam sebuah foto, berdiri di kerumunan, sesaat sebelum Benazir terbunuh. Seorang pria muda tanpa janggut, berkacamata hitam, mengenakan mantel warna gelap dan menatap ke kamera, dengan seorang pria dengan syal putih berdiri tepat di belakangnya.
Foto itu diambil dari siaran sebuah stasiun televisi yang menayangkannya akhir pekan lalu. Stasiun itu mengatakan, gambar berikutnya menunjukkan pria berkacamata hitam mengacungkan pistol ke arah Benazir, sementara pria lainnya diduga sebagai pelaku bunuh diri.