Pemilihan Parlemen di Pakistan
19 Februari 2008Jajak pendapat terakhir menunjukkan, Presiden Pervez Musharaf dan PML-Q, partai yang memerintah, bisa dikalahkan oleh partai-partai oposisi. Termasuk Partai Rakyat Pakistan yang dulu dipimpin almarhumah Benazir Bhutto dan Partai Liga Muslim di bawah Nawaz Sharif. Diperkirakan hasil akhir pemilu paling cepat akan diketahui hari Selasa (19/02).
Dari 60.000 tempat pemungutan suara, dilaporkan terjadi serangan yang menelan korban di beberapa Tempat Pemungutan Suara (TPS). Juga ada laporan kecurangan dalam penghitungan suara. Pada hari pemilihan, Ketua Misi Pemantau Pemilu Uni Eropa Michael Gahler menerangkan:
“Pada hari H ini, kami memperhatikan bagaimana jalannya pemilu, artinya kami memantau apakah prosedur yang ditetapkan itu juga dipenuhi, apakah ada yang menerima beberapa kartu untuk dicoblos, apakah partai-partai berusaha mempengaruhi pemilih di lokasi pemilihan dan apakah pemilunya dilaksanakan sedemikian rupa agar semua orang bisa memilih.”
Pemilihan parlemen Pakistan ditunda selama enam minggu dan berlangsung dengan penjagaan ketat. 400 orang tewas selama masa kampanye dan di hari H, Senin (18/02), sekitar 500 ribu pasukan keamanan diturunkan untuk melindungi tempat pemungutan suara. 81 juta warga berhak memilih di Pakistan, tapi banyak TPS yang sepi pengunjung.
Di sebuah desa sekitar 20 kilometer dari Islamabad, para pemilih sudah mengantri lama sebelum TPS dibuka pukul 8 pagi. Di TPS Barah Kahu, pemilih dipanggil dan namanya dicoret dari daftar. Semua berjalan lancar. Namun tak semua TPS seaman di Barah Kahu.
Serangan teror, seperti yang menewaskan mantan Perdana Menteri Benazir Bhutto 27 Desember tahun lalu, terus mengancam. Di Barah Kahu, seorang pemilih menceritakan, “Di berbagai lokasi lain, keadaanya sangat buruk. Di Lahore, seorang kandidat dibunuh, kami sudah mendengar tentang pemalsuan pemilihan. Selain itu Musharaf sudah mulai mengaku bahwa partainya pasti menang. Sulit untuk berbicara tentang pemilihan yang bebas dan adil di sini.”
Presiden Musharaf telah menjanjikan pemilihan yang bebas, adil dan aman. Bila kubu oposisi memenangkan pemilu, ia akan semakin terdesak. Kelompok oposisi mengancam dengan protes massal, bila terjadi kecurangan dalam pemilu. Lebih dari itu, jika oposisi berhasil memenangkan dua pertiga suara di parlemen, maka mereka juga dapat menggulirkan proses pencabutan dari jabatan.
Ada 272 kursi parlemen yang diperebutkan untuk masa tugas lima tahun. Kandidat perempuan disediakan jatah 60 kursi, sedangkan wakil agama minoritas mendapat jatah sepuluh kursi. Namun sampai kini calon utama partai pemerintah, PML-Q, Pervez Elahi tetap optimis: “Setiap pemerintahan pernah menghadapi jalan yang tidak mulus. Pasti saja ada masalah. Tapi fase ini juga akan berlalu.” (ek)