Pemecatan Ketua Juru Runding Israel
24 Februari 2009Sejak Selasa pagi (24/02), Ehud Olmert masih berupaya meredakan suasana. Perdana menteri Israel melalui juru bicaranya kembali menjelaskan bahwa pemecatan ketua juru runding perdamaian Jalur Gaza, Amos Gilad, tidak akan merusak upaya gencatan senjata dengan Hamas atau menghalangi pembebasan serdadu Gilad Shalit. Tapi, kritik tajam tetap diarahkan terhadap Olmert. Pemecatan juru runding Amos Gilad merupakan permainan ego Olmert, demikian isi protes gerakan pembela pembebasan Shalit.
Media-media Israel menilai ada kaitan langsung antara pemecatan Amos Gilad dan huibungan antara Perdana Menteri Ehud Olmert dan Menteri Pertahanan Ehud Barak. Keduanya bersilang pendapat mengenai bagaimana melanjutkan perundingan dengan Hamas.
Ketua juru runding yang ditugaskan Ehud Barak, Amos Gilad, ibaratnya merupakan pion catur yang dikorbankan begitu saja, seperti diungkapkan menteri transportasi Israel dan rekan separtai Olmert, Shaul Mofaz.
"Saya yakin, dalam hal ini Amos Gilad hanya terseret ke dalam sengketa, antara dua penentu keputusan negara, yaitu antara perdana menteri dan menteri pertahanan. Padahal, dia hanya melakukan apa yang diinginkan darinya. Mereka dapat saja memilih orang lain,“ katanya.
Seperti yang dilansir harian Israel, Haaretz, alasan pemecatan ketua juru runding Amos Gilad adalah permusuhan antara Olmert dan Barak. Disebutkan, perdana menteri di akhir masa jabatannya berupaya meninggalkan kesan yang akan diingat di benak warga Israel. Olmert ingin dianggap tidak tergantikan, demikian tulis harian Haaretz.
Sikapnya itu, menurut Haaretz, merusak hubungan Mesir dan Israel. Mesir, yang sudah mengupayakan gencatan senjata antara Israel dan Hamas, naik pitam karena Olmert menggagalkan perundingan di saat-saat terakhir. Yaitu, ketika mengaitkan pembukaan perbatasan Jalur Gaza dengan pembebasan Gilad Shalit, seperti yang dikutip dari harian Haaretz.
Sementara itu, upaya pembentukan pemerintahan koalisi luas oleh pemimpin oposisi Benyamin Netanyahu terus berlanjut. Pembicaraan pertama Netanyahu, masing-masing dengan Ehud Barak sebagai ketua partai buruh Senin lalu (23/02) dan ketua Partai Kadima Tzipi Livni sehari sebelumnya, tidak membawa hasil.
Senin lalu (23/02), di televisi Israel Livni menekankan kembali, bahwa dirinya tidak ingin menjadi boneka di pemerintahan Netanyahu, yang tidak ingin melanjutkan proses perdamaian.
"Saya tidak merasa dapat melakukan sesuatu demi kesejahteraan rakyat, jika saya hanya menjadi mitra yang hanya membisu, menyetujui semua hal, yang sebenarnya berlawanan dengan prinsip saya dan tidak melanjutkan proses, yang menurut saya harus dilanjutkan. Kalau begitu, bulan depan pastilah akan ada yang datang dan bertanya kepada saya, apa sebenarnya yang saya lakukan dalam pemerintahan,“ tutur Livni.
Tetapi dari kalangan Partai Kadima pimpinan Livni terdengar suara yang memperingatkan agar jangan terlalu cepat menolak Netanyahu. Menteri Shaul Mofaz, saingan internal partai Livni, mengatakan kepada radio militer Israel, "Jalan menuju oposisi tidak selalu bersih, dan kita harus melakukan segalanya untuk mencapai pemerintahan kesatuan, namun hanya bila itu sejalan dengan pedoman yang dimiliki Kadima. Pertama, perundingan dengan Palestina dan Suriah. Kedua, perubahan bentuk pemerintahan.“
Menurut media-media Israel Jumat mendatang (27/02), Benyamin Netanyahu yang ditugaskan membentuk pemerintahan, sekali lagi akan berupaya, untuk membujuk Livni dan Barak agar mau membentuk koalisi dengan Likud, yaitu dalam pertemuan tiga ketua partai.(ls)