Pembatasan relawan dan pasukan asing di Aceh/Serangan baru di Gaza
14 Januari 2005Ketika ada kesempatan untuk bisa masuk ke wilayah Aceh, semua berlomba-lomba untuk masuk ke sana guna melihat apa yang sebenarnya terjadi, dengan berlindung di balik bencana. Sekarang, ketika peluang itu dicoba untuk dibatasi, pantas jika menimbulkan tanda tanya, interpretasi, dan bahkan prasangka. Demikian komentar harian Kompas. Soal pembatasan ini juga mengundang kritik harian-harian Jerman.
Harian Süddeutsche Zeitung yang terbit di München memperingatkan terhadap pemberian bantuan finansial kepada negara-negara korban gelombang pasang, tanpa syarat yang ketat. Harian ini menulis...
Baik berupa penundaan pembayaran kembali utang maupun dalam bentuk bantuan , dalam soal pemberian bantuan, negara-negara barat tidak dapat menghindari beberapa tindakan yang tidak menyenangkan dan mungkin tidak populer. Misalnya pemerintah Jerman jangan segan-segan menuntut syarat-syarat ketat bagi penyaluran dana yang dijanjikan. Adalah picik kalau menganggapnya sebagai tindakan diktatoris dari negara-negara barat yang kaya. Ini sesungguhnya konsekuensi dari struktur politik yang problematis ,misalnya di Sumatra. Sudah ada laporan tentang penyalahgunaan uang bantuan. Indonesia menurut Organisasi Transparency International dianggap sebagai salah satu dari 10 negara yang paling korup di dunia.
Harian Die Welt yang terbit di Berlin juga dengan pedas mengritik...
Menlu Indonesia dalam kunjungannya ke Berlin merasa perlu untuk mengingatkan Jerman bahwa kehadiran organisasi bantuan asing di negaranya hanya atas permintaan pemerintah Indonesia. Seakan-akan bangsa Jerman haus dan rakus akan koloni. Rupanya bantuan untuk para korban gelombang pasang dapat menimbulkan prasangka. Siapa yang memberikan bantuan senilai 500 juta Dollar paling sedikit punya dua hak: Hak untuk mengawasi agar bantuan jatuh ke tangan yang berhak dan hak atas perlakuan sesuai kebiasaan dalam pergaulan antar bangsa.
Hari Kamis (13/1) terjadi lagi serangan bunuh diri di Jalur Gaza yang menewaskan beberapa warga Israel. Serangan berdarah mengganggu upaya peredaan ketegangan presiden baru Palestina Mahmud Abbas. Harian Italia il Messaggero di Roma bahkan menganggapnya sebagai provokasi terhadap Mahmud Abbas. Kami kutip komentarnya...
Mahmud Abbas hari Kamis (13/1) belum juga selesai dengan pidatonya bahwa hal terpenting adalah mengakhiri aksi kekerasan, jadi setiap bentuk aksi militer terhadap Israel, juga demi kebaikan Palestina, ketika dua pelaku bunuh diri mau pun beberapa anggota milisi lainnya melakukan serangan. Aksi kaum militan Palestina merupakan serangan terberat sejak beberapa minggu dan beberapa organisasi mengaku bertanggung jawab untuk itu. Serangan itu jelas merupakan provokasi, untuk lebih menyulitkan Mahmud Abbas, ketimbang Israel. Presiden baru Palestina dalam kampanye pemilu terutama menekankan perlunya untuk mengubah intifada bersenjata menjai perang jihad tanpa kekerasan bagi pembebasan rakyatnya.
Harian Italia La Republicca juga sudah dapat menduga sasaran dari kelompok milisi Palestina...
Tujuan politik dari aksi tsb jelas, untuk mengeruhkan iklim yang baik sejak terpilihnya Mahmud Abbas. Hari Sabtu (15/1) pengganti Yassir Arafat akan diambil sumpahnya dan diangkat secara resmi sebagai presiden. Mahmud Abbas senantiasa secara terbuka menegaskan niat politiknya. Menolak tegas aksi kekerasan, tidak hanya terhadap warga sipil Israel, melainkan juga terhadap tentara Israel baik di luar maupun di dalam wilayah Yahudi.