Pejabat Trump Bocorkan Rencana Perang di Grup Chat Rahasia
25 Maret 2025Gedung Putih pada Senin (24/03) mengonfirmasi bahwa pejabat tinggi pemerintahan Trump secara tidak sengaja memasukkan seorang jurnalis ke dalam grup chat tentang rencana militer Amerika Serikat (AS).
Percakapan di aplikasi pesan Signal mengenai serangan militer yang akan datang tersebut dilaporkan melibatkan beberapa anggota kabinet Presiden Donald Trump, termasuk Wakil Presiden JD Vance dan Menteri Pertahanan Pete Hegseth.
Editor majalah The Atlantic, Jeffrey Goldberg, menerbitkan sebuah artikel pada Senin (25/03), sembari mengungkapkan awalnya ia tidak percaya bahwa chat tersebut nyata.
"Saya sangat meragukan bahwa grup chat ini benar-benar ada, karena saya tidak dapat membayangkan bahwa para pemimpin keamanan nasional Amerika Serikat akan berdiskusi tentang rencana perang di Signal," tulisnya.
Jurnalis mengetahui serangan sebelum dilakukan
Goldberg ada dalam grup chat yang membahas rencana serangan udara terhadap pemberontak Houthi di Yaman.
Pada 15 Maret, AS menargetkan basis pemberontak di Yaman.
Goldberg mengaku sudah mengetahui rencana ini beberapa jam sebelum serangan dilakukan melalui grup chat tersebut. Awalnya, ia masih mengira grup chat itu palsu, tetapi setelah serangan benar-benar terjadi, ia sadar bahwa informasi itu asli.
"Setelah menyadari hal ini, sesuatu yang tampaknya tidak mungkin hanya beberapa jam sebelumnya, saya segera keluar dari grup chat Signal," tulisnya.
Pada Senin (24/03) , juru bicara Dewan Keamanan Nasional Brian Hughes mengatakan kepada kantor berita AFP, "Rangkaian pesan yang dilaporkan tampaknya memang autentik, dan kami sedang menyelidiki bagaimana nomor yang tidak disengaja bisa dimasukkan ke dalam percakapan tersebut."
Politisi Partai Demokrat murka
Ketika ditanya mengenai anggota kabinetnya yang menggunakan Signal untuk membahas rencana militer, Trump menjawab, "Saya tidak tahu apa-apa tentang itu."
Tak lama setelah itu, Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan, "Presiden Trump tetap memiliki kepercayaan penuh pada tim keamanan nasionalnya, termasuk Penasihat Keamanan Nasional Mike Waltz," yang tampaknya menjadi orang yang menambahkan Goldberg ke grup chat.
Sementara itu, Hegseth membantah bahwa rencana perang dibagikan dalam chat tersebut.
"Tidak ada yang sedang mengirim pesan mengenai rencana perang, dan hanya itu yang bisa saya katakan," kata Hegseth kepada wartawan di Hawaii.
Ia juga menyebut Goldberg sebagai "penipu" dan "jurnalis yang sudah tidak memiliki kredibilitas," mengacu pada laporan kritis The Atlantic terhadap Trump.
Namun, anggota Demokrat di Kongres (DPR Amerika Serikat) menuntut tindakan segera.
Ketua fraksi Demokrat di Kongres, Hakeem Jeffries, mengatakan bahwa Kongres harus menginvestigasi kejadian ini untuk memahami apa yang terjadi dan mencegah "pelanggaran keamanan nasional semacam ini terjadi lagi."
"Jika Partai Republik di Kongres tidak segera mengadakan sidang mengenai kejadian ini, saya sendiri yang akan mengadakannya," tulis anggota Komite Angkatan Bersenjata, Pat Ryan, di media sosial.
Senator Elizabeth Warren menyebut kejadian ini "jelas ilegal dan sangat berbahaya."
"Apa ada percakapan keamanan nasional sensitif lainnya yang juga terjadi di grup chat? Apakah ada orang lain yang secara tidak sengaja ditambahkan ke sana?" ujarnya.
JD Vance di grup chat: 'benci membantu Eropa lagi'
Tak lama setelah perang Israel di Gaza dimulai akibat serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, kelompok Houthi mulai menembakkan rudal ke Israel dan jalur pelayaran internasional di Laut Merah.
Kelompok yang didukung Iran itu mengklaim bahwa serangan tersebut dilakukan untuk mendukung Hamas dan Palestina. Mantan Presiden AS Joe Biden memerintahkan beberapa serangan terhadap Houthi tetapi gagal sepenuhnya mengembalikan stabilitas di kawasan tersebut.
Misi ini dilakukan dengan dukungan militer dari negara-negara Eropa seperti Inggris dan Jerman. Selama gencatan senjata antara Israel dan Hamas awal tahun ini, serangan milisi Houthi sempat berhenti tetapi dilanjutkan kembali setelah Israel kembali beroperasi di Gaza.
Dalam grup chat Signal, seseorang yang diidentifikasi sebagai Wakil Presiden Vance menyatakan ketidaksetujuannya terhadap serangan baru AS terhadap Houthi, dengan mengatakan bahwa ia benci "harus membantu Eropa lagi."
Seseorang yang diyakini sebagai Penasihat Keamanan Nasional Mike Waltz mengatakan bahwa hanya AS yang memiliki kemampuan untuk melaksanakan misi tersebut. Sementara, orang yang diduga sebagai Hegseth mencatat bahwa ia juga "membenci ketergantungan Eropa yang berlebihan."
Artikel ini diadaptasi dari DW berbahasa Inggris