Palestina Ikuti Jejak Kosovo?
21 Februari 2008Spekulasi mengenai pernyataan sepihak kemerdekaan Palestina dengan cepat menyebar. Menanggapi laporan mengenai pernyataan juru negosiasinya di Radio Palestina, Presiden Mahmoud Abbas bersikap hati-hati.
Abbas mengatakan, Israel dan Palestina sedang mengupayakan kesepakatan komprehensif, yang termasuk isu-isu seperti status kota Jerusalem. Namun ia juga menambahkan, kebuntuan perundingan akan mendorong para negosiatior untuk pulang dan mengambil sejumlah keputusan di tingkat tertinggi. Apa cerita dibalik pernyataan ini?
Wacana kemerdekaan Palestina ini dipicu oleh pernyataan Yasser Abed Rabbo. Juru negosiasi Palestina tersebut mengatakan, bila tak ada kemajuan dalam perundingan damai dengan Israel, maka Palestina bisa menyatakan kemerdekaan di tepi Barat Jordan dan Jalur Gaza. Menurut Rabbo, Kosovo tak lebih baik dari Palestina. Maka bila pernyataan merdeka Kosovo bisa diterima oleh negara-negara Barat, maka kemerdekaan Palestina juga bisa diakui dunia internasional.
Namun sejumlah pengamat menilai, kemungkinannya tipis bahwa Uni Eropa atau Amerika Serikat mengakui sebuah pernyataan sepihak dari Palestina. Hal ini dikatakan juga oleh ahli Timur Tengah asal Jerman, Michael Lüders.
"Pada dasarnya langkah seperti itu hanya dapat dilihat secara simbolis, karena Palestina tidak mungkin bisa menggerakan negara-negara Barat, baik Amerika Serikat maupun Uni Eropa untuk mengakui kemerdekaan negara Palestina. Pernyataan itu lebih berupa ungkapan kekesalan pemimpin Palestina, yang tetap berharap akan bisa menggerakkan sesuatu dalam proses perdamaian ini.”
Berbeda dengan Presiden Mahmud Abbas, dua juru runding senior Palestina langsung mengambil jarak. Dalam konferensi pers terpisah, Ahmed Qureia, pemimpin tim negosiasi Palestina menyangkal kemungkinan itu. Kepada media ia mengatakan, opsi tersebut tak pernah dibahas oleh para pemimpin negara.
Sedangkan juru negosiasi Saeb Erekat menegaskan, Palestina ingin merdeka melalui penarikan mundur Israel, bukan melalui deklarasi sepihak. Demikian tegas Erekat dalam konferensi pers di Ramallah. Ia mengingatkan bahwa Palestina bukan Kosovo.
Sementara Menlu Arab Saudi Pangeran Saud al-Faisal mengritik Israel kurang menunjukan respons positif terhadap inisiatiif perdamaian.´Al-Faisal mengharapkan partisipasi Arab akan menggulirkan era perundingan yang baru. Meskipun satu hari sebelumnya kedua pemimpin, Perdana Menteri Israel Ehud Olmert dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas sepakat untuk mempercepat negosiasi perdamaian. (ek)