Pakistan Terus Gempur Taliban di Swat
7 Mei 2009Tentara Pakistan terus menggempur kubu-kubu militan Taliban di Lembah Swat dengan serangan-serangan berat. Pesawat-pesawat dan helikopter tempur meluncurkan berbagai bom dan peluru kendali, mendukung pasukan darat dengan serangan artilerinya. Lebih dari 60 orang Taliban terbunuh. Termasuk putera dari Sufi Muhammad, ulama yang memprakarsai kesepakatan damai antara pemerintah dengan kaum Taliban. Ia tewas akibat serangan artileri yang menghantam rumahnya.
Dari pihak militer, sedikitnya 2 orang prajurit tewas. Selain itu, menurut seorang juru bicara Taliban, serangan pemerintah menewaskan pula sekurangnya 30 warga sipil.
Serangan militer Pakistan dilakukan setelah Taliban mengambil alih kawasan Buner secara militer, hanya beberapa pekan setelah pemerintah menyetujui pemberlakuan syariat Islam di lembah Swat, sebagai imbalan bagi dihentikannya kekerasan. Serangan itu berarti ambruknya perjanjian damai. Kesepakatan itu sendiri dipandang sebagai tanda takluk dan tak berdayanya pemerintah dan militer Pakistan menghadapi kaum ekstrimis. Ini dibantah Athar Abbas, juru bicara militer Pakistan.
Menurutnya, masalahnya bukan terletak pada kemampuan militer, melainkan keputusan politik pemerintah.
"Kami, militer, sangat yakin akan mampu menangani ancaman kaum ekstrimis ini, dan mendapat dukungan rakyat. Yang kami butuhkan hanyalah kemauan politik pemerintah," tegas Athar Abbas beberapa waktu lalu.
Ofensif Taliban ke Buner, yang hanya berjarak 100 kilometer dari ibukota Islamabad, menyadarkan pemerintah Pakistan mengenai gentingnya situasi.
Di Washington, presiden Pakistan melakukan pertemuan darurat segitiga bersama presiden Amerika Barack Obama dan presiden Afghanistan Hamid Karzai. Ketiga pemimpin menyatakan tekad bersama untuk menumpas Al Qaida dan ekstrimis Taliban di Pakistan dan Afghanistan. Presiden Pakistan Asif Ali Zardari mengatakan dalam jumpa pers bersama, pemerintahnya akan mampu menangani kekerasan kaum ekstrimis Taliban.
"Demokrasi Pakistan akan menang. Teroris akan dikalahkan oleh perjuangan bersama kita. Dan saya, presiden Afghanistan Hamid Karzai, dan Amerika Serikat memberi jaminan kepada dunia, bahwa kami akan bahu membahu bersama seluruh dunia untuk menumpas penyakit dan ancaman terorisme dan ekstrimisme ini," kata Asif Ali Zardari.
Masalahnya, yang juga sangat menderita akibat serangan militer besar-besaran Pakistan adalah warga sipil, yang sebagian besar justru menentang Taliban. Hampir 40 ribu warga sipil Lembah Swat terusir dari kampungnya yang hancur lebur oleh pertempuran sejak awal Mei itu. Menurut pemerintah, sekitar setengah dari 1,6 juta penduduk Lembah Swat, sudah mengungsi sebelumnya.Sementara itu, ratusan ribu lainnya sudah pula mengungsi dari berbagai kawasan sekitarnya sejak Agustus tahun lalu.
Rahmat Shah, yang dipaksa mengungsi menyelamatkan diri dari lembah Swat menggambarkan, "Rakyat seluruhnya terusir. Semuanya hancur di sana. Kalau sekolah-sekolah juga diledakkan, siapa yang dikalahkan? Kitalah, rakyat Pakistan, yang kalah. Seluruh negeri kita. Dan terutama, anak-anak."
Hari Rabu (06/05), Tentara Pakistan sempat melakukan jeda serangan, untuk memberi kesempatan warga sipil mengungsi dari wilayah pertempuran. Kendati beberapa laporan menyebut, Taliban menggunakan warga sipil sebagai tameng hidup.
Rtr/AFP; ed:dgl