Pakistan Sulit Keluar dari Krisis
7 November 2007Gelombang penangkapan tokoh oposisi dan para pengacara di Pakistan, sebagai dampak dari penetapan situasi darurat serta serangan teror di Afghanistan menjadi tema komentar dalam tajuk harian internasional. Jenderal Musharraf memainkan peranan sangat menentukan dalam perang melawan terorisme yang digagas oleh AS. Harian independen Perancis Le Monde yang terbit di Paris dalam tajuknya berkomentar : Perang melawan terorisme, tidak memberikan kewenangan hukum bagi ambisi Musharraf untuk berkuasa selamanya, atau melancarkan gelombang penangkapan terhadap tokoh oposisi maupun tekanan terhadap para pengacara. Perang melawan terorisme memerlukan dukungan rakyat. Sementara rakyat Pakistan memandang Pervez Musharraf sebagai tokoh yang tidak dapat dipercaya. Pakistan memerlukan pemilu bebas, yang merupakan perujukan antara rakyat dengan negaranya.
Harian Belgia De Morgen yang terbit di Brussel dalam tajuknya menulis : Para praktisi hukum di Pakistan dipangkas hak hukumnya oleh status situasi darurat. Setelah dibekukannya konstitusi, polisi sangat mudah menangkapi para tersangka, yang kini tidak memiliki hak otomatis didampingi pengacara. Kebebasan bergerak dibatasi dan media massa diberangus. Sebagian besar jaksa dan pengacara di Pakistan melancarkan mogok kerja. Akan tetapi aksi protes di jalanan samasekali mustahil dilakukan. Polisi kini mengepung gedung pengadilan dan kantor kehakiman, untuk mencegah para jaksa dan pengacara menggelar demonstrasi di jalanan.
Harian Inggris Times yang terbit di London berkomentar : Inggris dan Amerika Serikat dipermalukan oleh perkembangan di Pakistan yang tidak ada bedanya dengan sebuah kudeta. Tidak ada yang memiliki kemampuan untuk menghentikan hubungannya dengan panglima militer Pakistan itu. Sebab Pervez Musharraf memainkan peranan menentukan dalam memerangi kelompok ekstrimis Islam. Juga dalam mengakhiri pertikaian yang tidak ada gunanya dengan India, serta dalam tindakan keras terhadap basis kelompok teroris. Dalam kenyataannya, memang tidak ada alternativ pengganti Musharraf. Dan juga tanpa dia tidak ada kemungkinan untuk melakukan stabilisasi situasi di perbatasan ke Afghanistan.
Sementara harian Luxemburger Wort yang terbit di Luxemburg menyoroti perkembangan terbaru di Afghanistan, setelah dilancarkannya serangan bom bunuh diri di utara Afghanistan yang menewaskan sejumlah anggota parlemen. Dalam tajuknya harian ini berkomentar : Al Qaida dan jaringan pendukungnya kembali menjadikan Afghanistan sebagai wilayah peperangannya. Sel-sel teroris di Afghanistan yang beroperasi secara asimetris, kini menyasar pasukan aliansi dari 26 negara NATO dan 11 negara mitra yang bertugas di negara tsb. Memang Irak dengan cadangan minyaknya yang berlimpah jauh lebih penting bagi AS dan Eropa, untuk pemenuhan kebutuhan energinya di masadepan. Afghanistan tidak memiliki kekayaan alam seperti Irak. Akan tetapi, negara-negara barat juga tidak boleh membiarkan para teroris serta pejuang Taliban kembali menguasai Afghanistan.