Nenek Moyang Amerika Orang Rusia?
19 Mei 2025Para peneliti menemukan bahwa orang pertama yang mengolonisasi benua Amerika bermigrasi dari wilayah yang kini kita kenal sebagai Rusia sekitar 20.000 hingga 30.000 tahun lalu.
Studi yang diterbitkan pada 15 Mei di jurnal Science ini mengungkap bahwa bahasa dan tradisi pribumi yang ada di Amerika saat ini dapat ditelusuri hingga pemukim awal tersebut. Jejak-jejak budaya mereka masih ada dalam gen kelompok pribumi modern.
Lebih lanjut, penelitian ini menemukan bahwa pemukim awal tersebut terbagi menjadi kelompok-kelompok yang kemudian terisolasi di lingkungan yang berbeda-beda.
Temuan ini memberi pemahaman baru tentang genetika dan budaya masyarakat di Amerika Selatan saat ini, papar para peneliti.
Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
"[Penelitian ini mengisi] celah-celah penting dalam pemahaman kita mengenai bagaimana populasi beragam di Amerika Selatan saat ini terbentuk," ujar Elena Gusareva, penulis utama studi ini di Universitas Teknologi Nanyang, Singapura.
Gusareva mengatakan bahwa para peserta dalam penelitian ini sangat termotivasi untuk mengungkap sejarah nenek moyang mereka. Hal ini menunjukkan pentingnya pengetahuan leluhur bagi identitas seseorang.
Salah satu kasus mendesak yang dikutip oleh Gusareva adalah terkait dengan suku Kawesqar di Patagonia, yang populasinya dan warisan budayanya yang berusia 6.000 tahun kini terancam punah: "Rekaman genetik ini adalah salah satu peluang terakhir untuk melestarikan warisan mereka."
Akar Eurasia dari orang pribumi Amerika
Gusareva dan koleganya menyusun genom 1.537 individu dari 139 kelompok etnis di Eurasia utara dan Amerika. Mereka membandingkan data ini dengan jutaan variasi kecil dalam gen komunitas adat modern yang berasal dari DNA kuno orang-orang pertama yang tiba di Amerika.
Mereka menyebutnya sebagai dataset genomik yang mengungkap sisi-sisi tersembunyi dari ilmuwan leluhur yang sebelumnya kurang terwakili.
Dengan melacak bagaimana kode genetik ini berubah pada orang-orang dari berbagai wilayah geografis dan masyarakat adat, mereka mampu mempelajari pola sejarah populasi, migrasi, dan adaptasi selama ribuan tahun.
"Analisis genetik kami tentang masyarakat lokal sangat penting karena genom mereka membawa wawasan unik tentang sejarah manusia paling awal di kawasan ini," tandas Hie Lim Kim, rekan Gusareva yang juga seorang ahli genetika di Universitas Teknologi Nanyang.
Analisis mereka tampaknya mendukung bukti arkeologis yang ada, yang menunjukkan bahwa orang-orang pertama di Amerika terpisah dari orang-orang Eurasia utara antara 19.300 hingga 26.800 tahun lalu.
Tanggal-tanggal ini "konsisten dengan banyak bukti arkeologis," papar Francisco Javier Aceituno, seorang arkeolog di Universitas Antioquia, Kolombia, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.
Dengan membandingkan dataset genetik, para peneliti mengatakan bahwa mereka berhasil menemukan bahwa kerabat hidup terdekat pribumi Amerika Utara adalah kelompok Beringia barat, seperti Inuit, Koryaks, dan Luoravetlans.
Beringia adalah jembatan es yang menghubungkan Rusia modern dengan Amerika Utara pada zaman es terakhir.
Dasar-dasar masyarakat adat Amerika Selatan
Studi Gusareva dan Kim menemukan bahwa setelah para pemukim awal tiba di Amerika Selatan dan terpecah menjadi empat kelompok yang berbeda — suku Amazonia, Andes atau Andean, Chaco Amerindia, dan Patagonia. Mereka masing-masing terisolasi di lingkungan yang berbeda.
Aceituno mengatakan kepada DW bahwa kelompok-kelompok "pemburu-pengumpul” ini mungkin terpecah "untuk menempati wilayah baru, membentuk kelompok keluarga baru, dan menghindari isolasi."
Gusareva meyakini bahwa data genetik baru ini menunjukkan bahwa hambatan alam, seperti lebatnya hutan hujanAmazon dan Pegunungan Andes, menyebabkan pengisolasian kelompok-kelompok pribumi ini.
"Hal ini membuat susunan genetik mereka lebih seragam, mirip dengan apa yang terlihat pada populasi pulau," ujar Gusareva.
Mutasi genetik kuno pengaruhi kesehatan penduduk Amerika Selatan
Studi ini juga menemukan bahwa kelompok-kelompok masyarakat adat memiliki ciri-ciri genetik khas yang mungkin berkembang melalui adaptasi mereka terhadap lingkungan ekstrem dan isolasi panjang dari kelompok lain.
Misalnya, sebuah kelompok penduduk dataran tinggi Andes memiliki mutasi genetik yang membantu mereka beradaptasi dengan kadar oksigen yang rendah.
Mutasi pada gen EPAS1 merangsang pembentukan pembuluh darah baru dan memproduksi lebih banyak sel darah merah. Mutasi EPAS1 juga ditemukan pada orang-orang dari Tibet.
"Seiring orang beradaptasi dengan lingkungan yang beragam dan sering ekstrem — seperti ketinggian tinggi atau iklim dingin — genom mereka berevolusi sesuai dengan kondisi itu," kata Kim.
Studi sebelumnya telah menemukan bahwa variasi genetik di antara kelompok pribumi Brasil mungkin membuat mereka merespons obat untuk penggumpalan darah atau kolesterol tinggi dengan cara yang berbeda.
Kim mengatakan bahwa penelitian baru ini mengungkap lebih dari 70 variasi gen yang dapat meningkatkan kerentanannya terhadap penyakit menular yang baru muncul: "Banyak dari populasi ini yang sudah makin menyusut. Sangat penting untuk memberikan perawatan kesehatan yang disesuaikan dan upaya pencegahan penyakit untuk mendukung kesejahteraan mereka," pungkasnya.
*Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris
Diadaptasi oleh Ayu Purwaningsih
Editor: Yuniman Farid