Negara-negara Minyak di Afrika Terpukul Harga Rendah
17 Desember 2008Dalam hari-hari belakangan ini di Ghana banyak dibicarakan soal minyak. Yaitu ladang minyak yang ditemukan di lepas pantai negara itu. Ghana akan sudah dapat memulai eksplorasi minyak pada tahun 2010. Boleh dikatakan emas hitam akan menyembur keluar dan turun kembali dalam bentuk uang ke seluruh negeri itu. Semua itu masih merupakan kemungkinan yang belum pasti, kata Kwabena Anaman, pakar ekonomi di ibukota Accra. Selama delapan tahun dia pernah bekerja di Brunei. Ia tahu, betapa kemerosotan harga minyak dapat mengoyak anggaran sebuah negara. Dikatakannya: "Bila harga minyak terus turun, ada kemungkinan tidak dibuka lagi ladang minyak yang baru, dan bahwa beberapa perusahaan akan menarik diri. Faktor-faktor itu harus ikut diperhatikan. Semua perencanaan harus dibuat berdasarkan harga-harga minyak yang kurang optimis."
Di Nigeria, negara tetangga Ghana, saat ini tidak terdapat lagi optimisme. Pendapatan negara itu hampir seluruhnya diperoleh dari penjualan minyak bumi. Dibandingkan dengan tahun lalu, pemasukan dari ekspor minyak pada bulan November anjlok sepertiganya. Itu berarti kerugian sekitar satu miliar euro. Demikian pula Aljazair hidup hampir sepenuhnya dari minyak dan gas bumi. Andreas Hergenröther dari Kamar Dagang Jerman di Aljir mengemukakan: "Harga yang rendah sudah memukul Aljazair. Tetapi tidak boleh dilupakan, bahwa dalam tahun-tahun terakhir Aljazair sudah mengumpulkan sejumlah besar cadangan devisa. Jumlah resminya berkisar pada 135 miliar dolar AS."
Dengan devisa itu Aljazair hendak melakukan modernisasi, membangun berbagai jalan dan jalur kereta api baru. Tetapi banyak pengamat meresahkan pengeluaran pemerintah Aljazair yang terlalu besar, karena diyakini, harga minyak akan tetap tinggi. Menteri keuangan Aljazair sudah mengumumkan akan mengkaji kembali program investasinya, bila harga minyak tetap rendah. Walaupun demikian para pakar ekonomi optimis, bahwa harga minyak yang rendah tidak terlalu berpengaruh bagi Afrika. Shanta Devarajan, pimpinan tim ahli ekonomi pada Bank Dunia untuk Afrika, mengemukakan kepada BBC: "Kami optimis, bahwa situasi sekarang berbeda dengan tahun 80-an. Ketika, harga minyak yang rendak menimbulkan krisis besar bagi Afrika. Kini persiapan menghadapi kasus serupa itu sudah lebih baik."
Sekarang nyata dampaknya, bahwa banyak negara Afrika terutama masih hidup dari ekspor bahan baku, sehingga mereka sangat tergantung pada harga di pasar minyak dunia. Tetapi di lain pihak, harga minyak yang murah juga dapat menekan harga produksi dan biaya hidup di Afrika sendiri. Sebab seperti halnya di banyak negara lainnya di dunia, harga bensin di Afrika pun menjadi jauh lebih murah, dan menggembirakan setiap pengemudi mobil. (dgl)