Merz: Belum Ada Indikasi Perang Ukraina Segera Berakhir
22 Mei 2025Kanselir Jerman Friedrich Merz pada Rabu (21/05) mengatakan, belum ada tanda-tanda bahwa perang di Ukraina akan segera berakhir.
"Untuk saat ini belum ada tanda-tanda bahwa perang ini akan segera berakhir,” kata Merz di Berlin. Namun, saat menyinggung upaya diplomatik untuk mengakhiri perang, ia menyebut kemungkinan mediasi dari Paus sebagai “otoritas duniawi terakhir.”
Merz mengatakan, orang-orang hanya bisa berharap agar setidaknya pihak-pihak yang bertikai bisa berdiskusi secara konstruktif di Vatikan. Ia juga menekankan pentingnya peran Jerman untuk "aktif, kuat dan mendukung penuh” upaya perdamaian.
Trump: Ini bukan perang saya
Pernyataan Merz ini muncul setelah percakapan via telepon antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Senin (20/05).
Usai percakapan tersebut, Trump menulis bahwa Rusia dan Ukraina akan "segera memulai negosiasi menuju gencatan senjata, dan yang lebih penting, untuk mengakhiri perang."
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Trump juga menyebut, Vatikan sangat tertarik menjadi tuan rumah pembicaraan damai tersebut. Trump kembali mengingatkan bahwa ia bisa saja mundur dari upaya mediasi ini jika tidak ada kemajuan yang signifikan dalam negosiasi itu.
"Ini bukan perang saya," ujar Trump kepada wartawan.
Pada Selasa (21/05), Perdana Menteri (PM) Italia Giorgia Meloni mengumumkan bahwa Paus Leo XIV telah mengonfirmasi kesiapan Vatikan untuk memfasilitasi perundingan damai antara kedua belah pihak. Namun hingga kini, Vatikan belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait hal ini.
Pistorius: Trump salah menilai pengaruhnya pada Putin
Sementara itu, Menteri Pertahanan (Menhan) Jerman Boris Pistorius menilai Trump terlalu percaya diri atas pengaruhnya terhadap Putin.
"Saya menduga dia salah menilai posisi negosiasinya,” kata Pistorius kepada radio publik Deutschlandfunk, merujuk pada upaya Trump yang tampaknya gagal menekan Putin agar menerima gencatan senjata tanpa syarat selama 30 hari.
"Tidak ada perkembangan yang berarti. Hanya muncul lokasi-lokasi baru, tenggat waktu baru, dan itu berarti Vladimir Putin bisa terus melancarkan serangan ke Ukraina. Tapi perdamaian belum terlihat,” ujar Pistorius.
Karena pembicaraan antara Rusia dan AS tidak menghasilkan kemajuan dalam proses perdamaian, Uni Eropa pun mengumumkan sanksi baru terhadap Rusia.
Pistorius mendesak agar dilakukan upaya-upaya lebih lanjut untuk memutus aliran dana ke Rusia.
"Tujuannya adalah untuk menghentikan aliran uang besar-besaran ke kas negara Rusia, yang digunakan untuk membiayai perang,” katanya.
Menurut Pistorius, itulah satu-satunya cara efektif bagi negara-negara Barat untuk melemahkan kemampuan Rusia dalam mempertahankan perangnya di Ukraina. Ia merujuk pada pendapatan ekspor minyak dan gas Rusia sebagai sumber utama pendanaan perang.
Pistorius juga menekankan pentingnya mendukung kembali produksi senjata Ukraina. Menurutnya, Ukraina sebenarnya punya kapasitas produksi di sektor industri pertahanan, tetapi kekurangan dana untuk mengoptimalkannya.
"Kami akan bersama-sama mengisi kekurangan kapasitas ini,” kata Pistorius.
Artikel ini terbit pertama kali dalam bahasa Inggris
Diadaptasi oleh Khoirul Pertiwi
Editor: Prita Kusumaputri