Menunggu Keberhasilan Diplomasi Di Gaza
8 Januari 2009Selama tiga jam pada Rabu siang (7.1.) tembak menembak tak banyak terdengar di jalur Gaza. Namun setelah itu pertempuran berkobar lagi.
Jeda singkat di tengah hari itu digunakan oleh ribuan orang di Gaza-City untuk menghubungi sanak keluarga, memeriksa kondisi pemukiman atau toko mereka. Ada juga yang segera mencari bahan pangan. Begitu ungkap sumber-sumber Palestina. Namun tak semua senjata diletakan selama masa jeda yang singkat ini. Media Arab "Al Jazeera“ melaporkan, di utara Jalur Gaza dan di dekat Gaza City masih terjadi tembak menembak.
Ketua Bantuan Pengungsi PBB, John Ging menyatakan bahwa solusi Israel ini sama sekali tidak cukup. Harus disadari bahwa masa gencatan senjata selama tiga jam dalam satu hari, berarti juga ada 21 jam yang tidak aman. Saat ini Gaza merupakan tempat yang mengerikan saat ini, demikian Ging. Disebutkannya, yang dibutuhkan adalah gencatan senjata yang berlangsung siang dan malam masyarakat bisa betul-betul dibantu.
Mesir sudah mengajukan sarannya sehubungan dengan pemberlakuan gencatan senjata yang lebih panjang. Perdana Menteri Israel Ehud Olmert mengatakan bahwa saran itu akan dipelajari. Olmert telah mengutus dua orang penasihat ke Kairo. Demikian dilaporkan radio Israel. Hamas juga tidak langsung menolak saran Mesir itu. Begitu isyarat yang disampaikan Osama Hamdan, anggota politbiro Hamas kepada pemancar Al Jazeera :
„Posisi kami jelas, setiap inisiatif harus meliputi butir-butir berikut, yakni diakhirinya agresi Israel, penarikan keluar pasukan Israel dan dibukanya perbatasan Jalur Gaza. Kami tegaskan pula, kami tidak menginginkan pasukan internasional di Gaza.“
Penempatan pemantau PBB, seperti yang disarankan oleh Uni Eropa dan negara-negara Asia merupakan salah satu dari sejumlah hal yang diperdebatkan. Hamas menolak untuk diwakili oleh Pemerintahan Otonomi Palestina dalam perundingan-perundingan perdamaian. Artinya, Hamas juga tidak mau diwakili oleh Presiden Palestina Mahmud Abbas dari organisasi Fatah, saingan Hamas. Begitu ungkap Hamdan dalam wawancara televisi. Sedangkan Perdana Menteri Israel Ehud Olmert menegaskan bahwa tidak akan ada pembicaraan langsung dengan Hamas.
Bagi masyarakat sipil di kawasan Gaza, rincian detil seperti itu tidak penting dalam kehidupan sehari-hari mereka. Mereka harus bertahan hidup. Hal ini jelas tercantum dalam laporan harian PBB. Dalam teks laporan itu Koordinator untuk bantuan kemanusiaan melaporkan bahwa baik sektor industri maupun rakyat Palestina kehabisan gas maupun bensin solar, juga persediaan gandum sudah menipis.
Solafa Eouda bermukim di Jabalija, sebuah kota di pesisir utara Jalur Gaza. Markas pasukan Israel hanya berjarak satu kilometer dari rumahnya. Kepada Radio Jerman, Eouda merinci apa saja yang dibutuhkannya: „Mungkin roti. Kami biasanya makan roti, tak setiap hari kami mendapat cukup roti. Kakak saya subuh tadi pergi berbelanja. tapi roti yang dibelinya tidak cukup untuk sampai makan malam, karena di rumah ini sedikitnya ada 14 orang penghuni. Abang saya juga pindah lagi kemari dalam situasi ini."
Ada laporan, bahwa selama gencatan senjata 3 jam itu banyak bantuan kemanusiaan yang tiba di Jalur Gaza. Apakah bantuan ini berhasil dibagikan kepada penduduk yang memerlukannya ataupun berhasil menenangkan krisis di rumah sakit, tak ada yang bisa memastikan.
Menurut militer Israel, hari Kamis (08.01) ini gencatan senjata singkat yang kedua akan diberlakukan. Pernyataan itu disambut Wakil Ketua Hamas, Abu Marsuk, yang mengatakan kepada kantor berita „Al Arabia“, bahwa Hamas juga akan menghentikan serangan roketnya untuk sementara dan menghormati jeda perang yang singkat itu. (ek)