Menlu AS di Palestina
2 Agustus 2007Kedatangan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Condoleezza Rice ke Ramallah bukan untuk membantu Palestina mengakhiri perpecahan yang sedang terjadi. Sebaliknya, bagi Amerika Serikat, Mahmud Abbas adalah presiden pemerintahan otonomi dan satu-satunya pemimpin rakyat Palestina yang sah. Jadi Amerika Serikat hanya akan berbicara dengan Abbas dan pemerintahan darurat yang dibentuknya. Amerika Serikat berspekulasi bahwa pada akhirnya warga Palestina di Jalur Gaza akan kecewa terhadap Hamas dan kemudian menentang kelompok militan itu. Tapi Amerika Serikat tetap akan memberi bantuan kemanusiaan kepada sekitar satu setengah juta penduduk di Jalur Gaza. Menteri luar negeri AS Condolezza Rice menerangkan:
„Sudah jelas, apa yang terjadi di Gaza adalah tindakan melawan institusi resmi, melawan rakyat dan pemerintahan otonomi. Kami tidak akan membiarkan penduduk Gaza menderita. Kami akan melanjutkan bantuan kemanusiaan, malah meningkatkannya, karena kami tau banyak orang tidak bersalah ada di sana.”
Kubu Fatah di Ramallah tentu senang mendengar dukungan Amerika Serikat. Karena mereka pun tidak mau lagi berdialog dengan Hamas. Presiden Mahmud Abbas menerangkan, ia baru akan berbicara lagi dengan Hamas, jika Hamas meminta maaf lebih dulu untuk tindakan mereka.
Mahmud Abbas: Kalau dialog dengan Hamas ingin dimulai lagi untuk mengakhiri perpecahan ini, maka Hamas sebelumnya harus melenyapkan dulu segala hal yang mengakibatkan penggulingan kepemimpinan politik yang sah. Baru setelah itu, kita bisa memulai dialog.“
Presiden Mahmud Abbas sudah mengumumkan akan melakukan pemilihan umum baru. Tapi sebelumnya UU pemilu akan diubah, sehingga kelompok Hamas tidak punya peluang dalam pemilihan umum berikutnya. Dalam pemilu yang lalu, banyak kandidat Hamas di tingkat distrik menang dengan sistem pemilihan berdasarkan suara mayoritas. Kubu Hamas di Jalur Gaza menolak pemilihan umum baru. Bekas perdana menteri Palestina Ismail Haniyeh menuntut agar dilakukan pembicaraan antara kubu-kubu politik untuk menyelesaikan krisis.
Ismail Haniyeh: „Kami menyambut segala langkah yang bertujuan untuk mengakhiri perpecahan, apakah itu datang dari pihak Palestina, pihak Arab, pihak regional atau internasional. Ada negara-negara yang mau membantu, termasuk Rusia. Tapi sebelumnya pengejaran terhadap aktivis Hamas di Tepi Barat harus dihentikan. Dan dekrit presiden yang malah memperdalam perpecahan antara Tepi Barat dan Jalur Gaza harus dicabut.“
Selanjutnya Ismail Haniyeh menegaskan, ini bukan prasyarat, melainkan langkah-langkah yang bisa diambil untuk memungkinkan dialog. Tapi Amerika Serikat dan Israel kelihatannya tidak tertarik mendorong dialog baru antara Fatah dan Hamas. Dalam konferensi perdamaian Timur Tengah yang direncanakan akhir tahun ini, wakil-wakil Hamas tidak diundang untuk ikut serta.