Latar belakang ledakan bom di Filipina sedang diusut
15 Februari 2005Ledakan bom terjadi hampir pada waktu bersamaan di tiga tempat. Semula di Davao dan General Santos City di selatan Filipina, kemudian di pusat perbelanjaan di ibukota Manila. Ledakan tsb secara terarah mengakibatkan kerusakan besar. Menurut laporan saksi mata , bom yang meledak di General Santos City dipasang pada sebuah sepeda motor, yang diparkir di depan pusat pertokoan yang ramai. Bom di Manila menghancurkan sebuah bus kota. Ledakan bom itu merupakan hadiah Valentin bagi Presiden Gloria Macapagal Arroyo, demikian kata juru bicara kelompok Abu Sayyaf dalam wawancara dengan pemancar radio lokal. Namun juru bicara menekankan, pihaknya hanya bertanggung jawab untuk serangan bom di selatan Filipina. Untuk serangan bom di Manila sampai sekarang belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab. Gerilyawan separatis Abu Sayyaf pada tahun 2000 menjadi terkenal di dunia internasional, ketika mereka menculik turis-turis dari Eropa dari pulau wisata Malaysia , Sipadan. Di antaranya juga keluarga Wallert asal Göttingen, Jerman. Tahun lalu Abu Sayyaf juga mengaku bertanggung jawab untuk serangan terhadap kapal feri Filipina yang menewaskan ratusan orang. Abu Sayyaf diduga punya hubungan dengan Al Qaeda. Latar belakang rangkaian serangan tsb sedang diselidiki, demikian kata kepala polisi Antonio Billones kepada para wartawan. Namun Billones yakin, bahwa ada kaitan dengan peristiwa baru-baru ini di pegunungan Jolo. Di pulau Jolo tsb , yang terletak di ujung paling selatan kepulauan Filipina, sejak seminggu sedang berlangsung aksi militer besar-besaran.Pasukan Filipina dengan 5 ribu tentaranya menggempur sekitar 800 gerilyawan Abu Sayyaf yang menarik diri ke bukit-bukit hutan belukar di Jolo. Perlawanan bersenjata terhadap pemerintah di Manlia sudah merupakan tradisi di Filipina. Di antara kelompok pejuang Muslim lainnya, Abu Sayyaf Abu Sayyaf merupakan kelompok terkecil, namun paling ekstrem, yang juga menuntut sebuah negara Islam merdeka di Mindanao. Kelompok Abu Sayyaf senantiasa menolak perundingan. Sementara
kelompok perlawanan yang lebih besar, Front Pembebasan Islam Moro (MILF) menyepakati perundingan baru dengan Manila, guna membahas otonomi parsial di wilayah selatan, tempat mayoritas Muslim di negara yang berpenduduk mayoritas Katolik itu.