Kunjungen Menlu Fischer ke Banda Aceh
15 Februari 2005Tampaknya kehidupan mulai normal kembali, meski kondisi kerja dan perencanaan masa depan dari banyak organisasi bantuan belum bisa dikatakan stabil. Demikian ulasan harian Jerman Frankfurt Allgemeine Zeitung sehubungan dengan kunjungan Menlu Fischer ke Nanggroe Aceh Darussalam pasca-bencana.
Harian itu selanjutnya menulis ........
Di mana-mana terlihat banyak relawan dan tenda. Bahkan sekte Scientologi mendirikan tiga tenda berwarna biru gelap. Sekte scientologi menawarkan terapi penanggulangan trauma, demikian kata Christina Holzemer , wakil organisasi bantuan Caritas . Lebih dari 60 organisasi internasional masih punya personil di Banda Aceh dan sekitarnya. Bahkan ada persaingan di antara para relawan. Sekelompok dokter Jerman yang hendak memulai kampanye penyuntikan di sebuah kamp pengungsi , diusir oleh dokter-dokter Jepang, yang menganggap lokasi itu sebagai daerah operasinya. Sebenarnya persaingan seperti itu dapat dihindarkan dengan koordinasi yang lebih baik. Namun Menlu Jerman Fischer yang meninjau kamp berbagai organisasi bantuan Jerman, seperti THW, Palang Merah, Caritas, Malteser ,Bundeswehr, Welthungerhilfe dan lain-lainnya, menekankan, lebih baik orang berebut untuk membantu, daripada sama sekali tidak ada orang yang membantu. Memang semua pihak yakin, masa bantuan darurat kini telah selesai, dan pembangunan kembali harus dimulai. Fischer menandaskan, hendaknya dana bantuan bencana yang melimpah itu , juga dipakai untuk membangun tempat-tempat yang tidak hancur di kawasan tsb, dalam rangka proyek pembangunan secara menyeluruh, guna mencapai kesejahteraan yang merata dan berkesinambungan.
Harian Berliner Zeitung mengenai kunjungan Menlu Fischer ke Banda Aceh berkomentar ......
Menlu Joschka Fischer ketika berkunjung ke desa nelayan Lhok Nga, 15 kilometer sebelah barat daya kota Banda Aceh , disapa oleh seorang nelayan yang mengatakan, kami tidak minta ikan, kami perlu kail. Jelas, warga ingin kembali ke tempat asalnya. Namun mereka masih harus menunggu lama , sampai pemerintah Indonesia memutuskan pembagian sekitar 4 milyar dollar dana bantuan. Pemerintah Indonesia merencanakan pembangunan lingkaran hijau sekeliling semenanjung, guna melindungi pantainya terhadap bencana alam. Desa-desa nelayan akan dibangun pada jarak sejauh 7 kilometer dari pantai, hal mana tidak disetujui oleh para nelayan. Hampir semua 700 organisasi bantuan yang aktif di Aceh memuji kesediaan bekerjasama dengan pihak pemerintah dan militer Indonesia. Meski demikian , TNI kembali menjadi sorotan kritik. Karena terjadinya kasus di mana TNI kembali mempraktekkan tindakan yang brutal terhadap penduduk. Fischer selama kunjungannya di Aceh menekankan, bantuan Jerman hanya akan dilanjutkan, apabila Aceh tetap transparan dan terbuka.
Sementara harian Perancis Le Monde berkomentar tentang apa yang sebaiknya dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam situasi pasca-tsunami......
Negara Muslim dengan 220 juta penduduknya, sejak serangan teror 11 September 2001 di AS, juga menjadi sasaran serangan berdarah kaum ekstremis Islam. Bencana gelombang pasang tsunami hendaknya menggugah pemerintah Indonesia untuk memanfaatkan momentum ini, guna menghidupkan kembali motor perekonomiannya , dan juga membenahi kembali kondisi sosialnya. Hendaknya Indonesia jangan mundur kembali ke masa silam, ketika kekuasaan berada di tangan para jenderal .