Kudeta Militer di Filipina Kembali Digagalkan
29 November 2007Seluruh pelaku menyerah tanpa syarat. Pemerintah sempat memberlakukan jam malam untuk memulihkan situasi. Namun yang kemudian jadi sorotan adalah langkah kepolisian menahan sejumlah wartawan, termasuk wartawan asing yang meliput peristiwa itu.
Menteri Dalam negeri Ronaldo Puno mengatakan, kehadiran wartawan di hotel yang diduki pemberontak, sengaja atau tidak sengaja menghalang-halangi penegakan hukum oleh aparat. Ia berdalih, penangkapan wartawan dilakukan untuk memastikan bahwa mereka tidak dengan sengaja menghalang-halangi penegak hukum.
Ia juga berkilah, penangkapan dilakukan untuk memeriksa apakah mereka benar-benar wartawan, dan bukan pelaku kudeta yang menyamar. Namun Perhimpunan Jurnalis Filipina dan Asosiasi Koresponden Asing Filipina menukas. Karena sebetulnya aparat bisa dengan mudah mengenali wartawan.
Peristiwa hari Kamis (29/11) itu berawal dari pengadilan perkara kudeta tahun 2003 yang dipimpin Letnan Antonio Trillanes yang juga seorang senator. Digambarkan oleh Edgardo Gurrea seorang jenderal Filipina dalam wawancara khusus dengan DW:
"Di tengah persidangan, kelompok pendukung Senator Trillanes dan Jenderal Danielo Lim, meminta waktu jeda sebentar. Tetapi setelah itu, bukannya kembali ke persidangan, mereka justru meninggalkan pengadilan, dan bergerak menuju pusat kota Manila. Lalu mereka menduduki Manila Peninsula Hotel.“
Letnan Antonio Trillanes beserta Jenderal Danielo Lim dan bekas wakil presiden yang dipecat, Teofisto Guingano, masih menjalani tahanan militer sejak gagal dalam kudeta 2003.
Kamis (29/11) ketiganya mencoba lagi upaya mereka, bersama beberapa puluh tentara pendukungnya. Iring-iringan itu dikawal tentara pemerintah untuk mencegah agar mereka tidak melarikan diri. Namun kudeta kali bahkan jauh lebih dari kudeta mereka terdahulu.
Namun Antonio Trillanes menolak jika dikatakan gagal. Dalam jumpa pers di tengah pengepungan, ia mengatakan bahwa memang ia tak punya tujuan terlalu muluk dengan aksi ini.
"Untuk tahap sekarang, ini sudah cukup. Namun bukan berarti kami kalah. Karena kami melakukan aksi ini demi kepentingan negara. Kalau ada yang kalah dalam peristiwa ini, itu adalah seluruh negeri.“
Antonio Trillanes juga menyatakan keyakinannya bahwa langkahnya mendapat dukungan luas. Tetapi Jenderal Edgardo Guerra menyangsikannya. Disebutkan tokoh perwira Filipina ini:
"Itulah masalahnya. Mereka tidak berhasil mendapat dukungan dari sesama prajurit. Tidak juga dukungan dari para pemimpin oposisi yang semula mereka harapkan. Mereka terkucil sendirian. Dari kalangan sipil, yang muncul mendukung hanya bekas presiden Guingona, dan tokoh kelompok-kelompok kecil, serta dua atau tiga tokoh agama Katolik yang bersimpati pada senator Trillanes.“