Krisis Politik di Pakistan
6 November 2007Krisis politik di Pakistan sebagai dampak dari ditetapkannya situasi darurat oleh presiden Pervez Musharraf tetap menjadi tema komentar dalam tajuk harian-harian internasional. Harian Swiss Tages-Anzeiger yang terbit di Zürich dalam tajuknya berkomentar : Sejak lama Bush memberikan dukungan yang membuta kepada Musharraf. Hal itu menyebabkan politik Pakistan dari Bush tidak memiliki alternativ dan samasekali tidak ampuh. Selama Musharraf menjamin stabilitas di permukaan dan mendukung perang anti-terror, maka pemerintah AS tidak akan mencabut dukungannya. Juga perang melawan kelompok ekstrimis Muslim tidak akan berhasil, selama aksi tsb merupakan paksaan dari AS dan bukannya kehendak Pakistan sendiri.
Harian Perancis Paris-Normandie yang terbit di Ruoen juga menulis komentar bernada sama dalam tajuknya. Perkembangan situasi di Pakistan merupakan pukulan telak terhadap politik luar negeri AS. Namun juga merupakan bahaya besar bagi seluruh kawasan. Pakistan adalah salah satu jantung dari apa yang disebut Pax-Americana yang hendak dibentuk oleh presiden George W.Bush. Tanpa mitra yang setia di selatan Afghanistan, perang yang dilancarkan pasukan koalisi di sana praktis sudah kalah. Sebuah Pakistan yang netral saja, sudah mencukupi bagi Taliban untuk mencapai kemenangan. Jika Taliban dan Al Qaida yang mendapat tempat persembunyian di Pakistan mampu menciptakan destabilisasi, akibatnya adalah munculnya bencana di kawasan tsb.
Harian Jerman Berliner Zeitung yang terbit di Berlin juga mengomentari dengan kritis politik luar negeri AS yang memicu krisis di Pakistan. Dalam tajuknya harian ini menulis : Semua permasalahan aktual di Pakistan adalah dampak dari politik luar negeri AS di masa lalu. Taliban dan kelompok ekstrimis Muslim memojokkan rezim di Islamabad dengan rangkaian serangan bunuh diri. Kawasan perbatasan yang multi-etnis serta struktur kesukuan yang amat rumit, tidak dapat diperintah dari pusat. Aksi militer di kawasan itu, hanya menyebabkan jatuhnya korban dalam jumlah besar, dan memicu sikap oposisi militer terhadap Musharraf. Tapi pilihan antara Musharraf atau Demokrasi juga tidak ada gunanya. Yang paling mungkin adalah, setelah berakhirnya era Musharraf, Pakistan akan terpuruk menjadi sebuah negara yang gagal. Dan kemungkinan kelompok Islam radikal juga mampu merebut kunci ke gudang senjata atom.
Terakhir harian Jerman Braunschweiger Zeitung yang terbit di Braunschweig berkomentar : Penetapan situasi darurat, yang ke luar merupakan demonstrasi kekuatan, dalam kenyataannya merupakan isyarat kelemahan. Hanya dengan cara itulah, Musharraf percaya ia dapat mempertahankan kekuasaannya. AS harus segera memaksa Musharrraf mengubah haluan. Sebab, tidak logis jika AS tetap mendukung seorang diktatur, yang menginjak-injak demokrasi serta tidak memiliki kekuatan untuk menentang kelompok radikal Islam.