Krisis pemerintahan di Israel
3 Desember 2004Kamis (02(12) Marwan Barguti ., tokoh populer gerakan Fatah yang mendekam di penjara Israel mencalonkan diri sebagai kandidat presiden Palestina dalam pemilu 9 Januari nanti, sementara krisis pemerintahan di Israel kini semakin meruncing. Krisis pemerintahan memuncak setelah parlemen(Knesset) menolak rancangan anggaran tahun 2005 . PM Ariel Sharon kemudian memecat lima menteri Partai Shinui yang menolak rancangannya. Sharon kini harus membentuk koalisi baru. Untuk itu Sharon berusaha mendekati Partai Buruh dan sebuah partai dari kubu Ortodoks, yang namun tidak akan didukung oleh partainya sendiri Partai Likud. Senin depan parlemen rencananya akan mengajukan mosi tidak percaya.
Harian Italia Il Messaggero mengomentari krisis pemerintahan di Israel:
Situasi di Israel memang rumit, namun Sharon punya kartu truf. Sebab di Israel Sharon dianggap sebagai tokoh kuat yang dibutuhkan oleh negara dan yang saat ini tidak dapat disaingi oleh siapa pun. Mengingat krisis ekonomi di negaranya Sharon juga dapat menggunakan ancaman untuk mengadakan pemilu baru guna memaksa Partai Likud untuk mendukungnya.
Harian Austria Kurier memberikan pandangannya tentang rencana pembentukan koalisi beasar di Israel dan mengenai masa depan Partai Likud:
Koalisi besar itu akan merupakan aliansi kepentingan yang terbatas masa berlakunya. Sebab PM Ariel Sharon teleh berusia 76 tahun dan ketua Partai Buruh Shimon Peres berusia 81 tahun. Jadi mau tak mau pemilu baru perlu. Lagi pula pemerintahan baru, bagaimana pun bentuk koalisinya tidak dibebani masalah penarikan dari Gaza dan dapat memulai dialog baru dengan Palestina. Apakah akan demikian halnya memang dipertanyakan, apalagi kalau calon pengganti Sharon berkaliber seperti menteri keuangan Blok Likud Benjamin Netanjahu. Juga masih menjadi tanda tanya, apakah PM sekarang Ariel Sharon sudah memikirkan untuk pensiun. Namun bagaimana pun harapannya ada.
Sementara harian Austria lainnya Der Standard selain menanggapi krisis pemeritnahan di Israel dan dampaknya bagi konflik Timur Tengah juga menyoroti pencalonan Marwan Barguti untuk pemilihan presiden 9 Januari nanti:
Meskipun koalisi besar dengan Partai Buruh berhasil, PM Sharon tetap terancam terjungkir akibat konflik mengenai masalah anggaran. Di pihak Palestina pengalihan kekuasaan yang selama ini berjalan muluis terganggu oleh pencalonan Marwan Barguti . Terlepas apakah Barguti dianggap sebagai teroris atau pejuang kemerdekaan, dengan seorang presiden yang sekaligus berstatus tahanan. tidak mungkin diadakan dialog dan sengketa tajam mengenai pembebasannya akan menutupi semua masalah penting dan urgen lainnya. Diharapkan agar era pasca-Arafat tidak dimulai dengan pijakan kaki yang salah.