Krisis Kemanusiaan di Jalur Gaza
24 Januari 2008Harian AS New York Times yang terbit di New York menulis:
"Penindasan terhadap 1,5 juta warga Palestina di Jalur Gaza adalah penistaan, dan ini penistaan yang berbahaya. Jika tidak segera dilakukan sesuatu terhadap penderitaan warga di Jalur Gaza, proses perdamaian yang diusahakan presiden AS George W.Bush bisa gagal. Tidak mengherankan, bahwa puluhan ribu orang melarikan diri dari Jalur Gaza ke arah Mesir. Kehidupan di Jalur Gaza tidak pernah mudah, dan sekarang makin memburuk setelah Hamas mulai berkuasa tahun lalu. Hamas sudah tuli terhadap apa yang terjadi di Jalur Gaza dan menolak setiap perundingan perdamaian. Tetapi jawaban Israel yaitu memutuskan penyediaan listrik dan bantuan lain, adalah hukuman kolektif. Ini hanya menambah kemarahan dan ekstremisme."
Harian Jerman Tageszeitung yang terbit di Berlin menilai:
"Mabruk – itu sebutan orang Arab kalau ada aksi berhasil. Artinya: Selamat! Ini adalah bentuk pemberotakan orang Palestina dari penjara yang dibuat Israel. Ini juga satu sinyal untuk penguasa-penguasa Arab, untuk Dewan Keamanan PBB dan untuk Uni Eropa. Pesannya adalah: Jangan tinggalkan kami dalam penderitaan kami, akhiri situasi perang, sehingga warga Palestina bisa hidup dengan damai."
Harian Inggris Daily Telegraph yang terbit di London berkomentar:
"Gerakan radikal Hamas tidak ikut serta dalam konferensi Timur Tengah di Annapolis, November tahun lalu. Hamas juga tidak ada di daftar kunjungan presiden AS George W. Bush yang datang ke Timur Tengah belum lama ini. Seharusnya Hamas dilibatkan dalam proses ini. Kalau tidak, setiap perjanjian akan gagal. Pemerintah Israel harus mencari cara untuk memulai dialog politik dengan Hamas. Tidak ada gunanya, terus menerus mengabaikan kelompok ini."
Harian Swiss Neue Züricher Zeitung yang terbit di Jenewa menulis:
"Mungkin sekarang adalah waktu yang tepat bagi Israel, untuk mencari cara menghentikan serangan roket Kassam dengan instrumen politik. Israel di masa lalu sudah membuat kesepakatan informal dengan kelompok teroris, demi menghindari kekerasan yang tidak berguna. Lima belas tahun lalu, Arafat dan Rabin menunjukkan, bahwa seorang yang pernah jadi teroris bisa menjadi mitra perundingan."
Harian Austria Der Kurier yang terbit di Wina berkomentar:
"Israel harus menghentikan politik blokadenya - ini juga berlaku untuk Tepi Barat Jordan. Tetapi situasinya membangkitkan pesimisme. Sebab Benjamin Netanyahu, menurut jajak pendapat salah satu calon kuat menjadi perdana menteri nanti, malah melihat politik Israel masih terlalu lunak. Harapan terakhir adalah, semoga presiden AS yang baru tidak melalaikan konflik Timur Tengah seperti presiden yang sekarang."