Korea Utara Tutup Pintu untuk Upaya Denuklirisasi
30 Juli 2025Presiden AS Donald Trump, yang memulai masa jabatan keduanya pada bulan Januari lalu, tertarik untuk melanjutkan pembicaraan dengan Korea Utara mengenai masalah denuklirisasi.
Selama masa jabatan pertamanya pada tahun 2018 dan 2019, Trump bertemu dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un sebanyak tiga kali di Singapura, Vietnam, dan di zona demiliterisasi (DMZ) yang memisahkan kedua Korea.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Meskipun pemerintahan Trump ingin Korea Utara menghentikan program nuklirnya sebagai imbalan atas pelonggaran sanksi, tidak ada kesepakatan yang tercapai antara kedua pihak dan Pyongyang terus melanjutkan ambisinya di bidang nuklir.
Korea Utara: Hubungan Trump-Kim 'tidak buruk,' tapi pendekatan baru dari AS diperlukan
Saudari Kim yang berpengaruh, Kim Yo Jong, mengatakan bahwa hubungan pribadi Trump dengan pemimpin Korea Utara "tidak buruk."
Namun, dia mengatakan jika pemerintahan AS menggunakan hubungan Trump-Kim untuk mendorong denuklirisasi Korea Utara, Pyongyang akan menganggapnya sebagai "tidak lebih dari ejekan."
"Jika AS gagal menerima kenyataan yang telah berubah dan terus bersikeras pada masa lalu yang gagal, maka pertemuan DPRK-AS akan tetap menjadi 'harapan' dari pihak AS," ujar Kim Yo Jong, menggunakan akronim untuk nama resmi Korea Utara, Republik Rakyat Demokratik Korea.
Pernyataan Kim Yo Jong menunjukkan bahwa Korea Utara mengesampingkan opsi denuklirisasi sepenuhnya jika pembicaraan dilanjutkan dengan AS.
AS tetap terbuka untuk berdialog dengan Kim mengenai 'Korea Utara yang sepenuhnya terdenuklirisasi'
Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa Trump masih mengejar tujuan yang sama terkait Korea Utara seperti yang ia lakukan pada masa jabatan pertama.
"Presiden tetap mempertahankan tujuan-tujuan tersebut dan tetap terbuka untuk berdialog dengan Pemimpin Kim guna mencapai Korea Utara yang sepenuhnya terdenuklirisasi," ujar pejabat AS yang tidak disebutkan namanya itu kepada Reuters.
Selama masa jabatan pertamanya, presiden kadang memiliki hubungan yang sangat ramah dengan Kim setelah awal yang tegang, dengan Trump mengatakan bahwa kedua pemimpin itu saling "jatuh cinta.”
Setelah negosiasi nuklir gagal pada Oktober 2019, kedua pemimpin mulai saling menghina, dengan Korea Utara pada bulan Desember tahun itu mengancam akan menyebut Trump sebagai "orang tua pikun."
Bagaimana hubungan AS-Korea Utara berkembang sejak masa jabatan pertama Trump?
Sejak masa jabatan pertama Trump dari 2017 hingga 2021, hubungan AS dan Korea Utara menjadi semakin tegang.
Pengganti Trump, Joe Biden, tidak melanjutkan pendekatan diplomatik yang mencolok dengan Kim yang menjadi ciri khas pemerintahan pertama Trump.
Sebaliknya, pemerintahan Biden memilih untuk memperdalam hubungan dengan Korea Selatan dan Jepang sebagai upaya lebih lanjut untuk mengisolasi Pyongyang.
Sementara itu, Korea Utara semakin dekat dengan Rusia sejak negara itu melancarkan invasinya ke Ukraina pada Februari 2022. Korea Utara telah mengirim senjata dan pasukan untuk membantu serangan Rusia, sementara Moskow memberikan dukungan terhadap program nuklir Korea Utara.
AS dengan tegas menentang invasi ke Ukraina selama masa jabatan Biden, dan Trump dalam masa jabatan keduanya juga mendorong Rusia untuk berkomitmen pada gencatan senjata dan mengakhiri konflik.
Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris
Diadaptasi oleh Ayu Purwaningsih
Editor: Rizki Nugraha