Konflik Timur Tengah
16 Maret 2006AS dan Inggris memindahkan misi pemantauan dari penjara di Yerikho, beberapa saat sebelum tentara Israel menyerbu. Harian Inggris The Guardian yang terbit di London berkomentar:
"Penarikan pemantau internasional dari Yerikho adalah pemicu bagi aksi militer Israel yang mengakibatkan kerusuhan. Konsekuensinya kini, hampir tidak mungkin mengharapkan hidup berdampingan tanpa kekerasan antara Israel dan Palestina, sampai situasi politik menjadi lebih jelas, setelah kemenangan Hamas. Penarikan pemantau internasional dari Yerikho juga merusak reputasi negara-negara barat, terutama Inggris. Bagi Palestina, situasinya tampak seperti Inggris berkongkalikong dengan Israel dalam insiden penyerbuan tersebut. Pemantau dari Inggris adalah perantara penting antara Hamas dan Israel. Kepercayaan pada Inggris lebih dari sekedar tercoreng, dan itu membuat situasi menjadi dua kali lebih buruk."
Harian Swiss Der Bund menghubungkan perebutan tahanan di Yerikho dengan memudarnya isolasi internasional terhadap organisasi radikal Islam Hamas.
"Semua itu membuat kesal Israel, dimana kegelisahan pada masa kampanye sangat terasa. Tetapi aksi militer di Yerikho bukanlah manuver kampanye pemilu. Sebegitu inginkah PM Olmert memprovokasi orang-orang Hamas, agar mereka melakukan serangan balasan kepada Israel? Sehingga dengan demikian Hamas, yang sudah lebih dari setahun mematuhi gencatan senjata, kembali diisolasi dunia internasional dan bagi Israel, ’bahaya’ untuk perundingan perdamaian yang adil dengan Palestina akan berlalu."
Harian Jerman Süddeutsche Zeitung yang terbit di München berkomentar:
"Perebutan tahanan dari penjara dan pemberitaan meluas di media mengenainya, juga merupakan iklan kampanye pemilu bagi Olmert. Ia masih sempat menghiasinya pada hari yang sama dalam kunjungan ke pemukiman Yahudi Tepi Barat Yordan, dimana ia menjanjikan penggabungan kota itu dengan Israel. Hari Selasa itu, Olmert memenangkan simpati warga Israel. Tapi tentu juga reaksi dari ekstremis Palestina."
Harian Prancis Liberation berkomentar:
"Ehud Olmert tak punya karir militer seperti pendahulunya atau saingannya dari kubu kanan, Benyamin Netanyahu. Selasa lalu, dengan aksi militer ke penajra di Yerikho, ia menunjukkan kemampuannya untuk memimpin sebuah operasi militer yang beresiko, menuju hasil yang memuaskan. Tapi apa penghargaan yang menantinya? Unjuk kekuasaan seperti itu memperbesar kedongkolan dan frustasi di wilayah Palestina, yang sudah merasakan dampak blokade ekonomi, yang diterapkan Israel karena rakyat Palestina memberikan suaranya untuk Hamas. Kalkulasi jangka pendek yang mencengangkan dari sebuah negara, yang menyatakan akan mencari jalan agar kedua bangsa dapat hidup berdampingan dengan damai."