Konflik Gaza: Tiga Pekan Perang, Tiga Tahun Pembangunan Kembali
19 Februari 2009Tiga pekan perang di Jalur Gaza berlangsung. Para pengamat memprediksi dibutuhkan waktu sekitar tiga tahun untuk membangun kembali wilayah yang porak poranda itu. Karena infrastruktur di Gaza, yang sebetulnya sudah rusak bertahun-tahun sebelumnya akibat blokade, mengalami kehancuran parah. Terutama infrastruktur air bersih dan pengolahan limbah yang mendesak untuk diperbaiki sesegera mungkin. Dan hal itu sama pentingnya dengan pembangunan kembali rumah-rumah yang hancur. Karena selama serangan berlangsung, semua kawasan perumahan penduduk luluh lantak, 100 ribu orang kehilangan tempat bernaung.
Khadel Abdel Shafi merupakan pimpinan badan Perserikatan Bangsa-bangsa untuk program pembangunan UNDP di Jalur Gaza. Organisasinya bertugas untuk mengordinasikan bantuan internasional dan membangun kembali Gaza.
„Peran kami kini setelah perang adalah melaksanakan penugasan dari PBB untuk mengestimasi kehancuran. Hal ini mencakup bidang-bidang dasar, diantaranya bidang kesehatan, perumahan, pendidikan, infrastruktur dan lingkungan. Penugasan ini untuk memenuhi kebutuhan setelah perang. Dan hasil penelitian ini akan kami presentasikan bersama dengan pemerintah Palestina dalam konferensi donor di Kairo bulan Maret mendatang.“
Sebelum pembangunan dimulai, sampah dan puing-puing harus dibuangi terlebih dahulu. Kembali Shafi:„Kami kekurangan perlengkapan untuk membuang sampah-sampah dan mendaur ulangnya. Kami membutuhkan alat yang didatangkan ke Gaza lewat perbatasan. Dan tanpa akses itu kami tidak dapat menjalankan tugas tersebut.“
Israel selalu menolak untuk membuka akses perbatasan itu. Kebutuhan mendesak di Jalur Gaza untuk pembangunan kembali saat ini terutama adalah bahan material untuk bangunan, semen dan besi. Sesaat sebelum berakhirnya perang di Gaza, militer Israel menghancurkan satu-satunya pabrik semen kecil Palestina. Oleh sebab itu rumah-rumah yang mengalami kerusakan ringan saja tak mudah untuk diperbaiki. Apalagi untuk membangun kembali gedung-gedung yang rusak berat, itu tak terpikirkan. Badan PBB untuk bantuan pengungsi di Palestina UNRWA dan Palang Merah sementara waktu membangun tenda-tenda bagi pengungsi yang kehilangan rumahnya. Bahkan bantuan kemanusiaan pun sulit masuk di wilayah krisis tersebut, keluh kepala UNDP untuk Jalur Gaza Abdel Shafi:
„Dengan menyesal saya harus mengatakan bahwa bantuan kemanusiaan saja tidak masuk. Begitu banyak bantuan yang tertahan di luar Gaza, di El Arish dan di Jerusalem, tidak bisa masuk ke Gaza. Israel menahan-nahan bantuan kemanusiaan tersebut. 100 truk sehari yang membawa bantuan tidak sebanding dengan kebutuhan yang diperlukan. Tentu saja banyak kebutuhan mendesak seperti bahan pokok, selimut, kasur, tenda dan obat-obatan. Itu saja datangnya tidak secepat yang diperlukan dan tentu saja hal tersebut membuat rakyat yang membutuhkan bantuan, menderita. Semakin tertunda bantuan didatangkan, semakin besar rasa frustasi. Kami hanya dapat berharap bahwa Israel mau mempercepat proses bantuan ini.”
UNDP bersiap kapan pun mengkoordinasikan bantuan, agar secepatnya tiba di Ghaza. Sudah 1300 korban sipil tewas akibat konflik di Gaza. Lebih dari 5000 orang terluka. Sementara 1,5 juta penduduk Gaza mengalami trauma akibat perang yang berkecamuk ini. (ap)