Konferensi Negara Donor Pakistan Digelar di Tokyo
17 April 2009Bersamaan dengan melemahnya pemerintah, ketidakstabilan politik dan meningkatnya kekerasan, pertumbuhan ekonomi Pakistan menurun secara drastis. Timpangnya kegiatan ekspor dan impor menyebabkan krisis neraca pembayaran yang sangat serius pada tahun yang lalu. Selama enam bulan terdapat kekhawatiran bahwa Pakistan berada di ambang kebangkrutan. Kemudian, pada bulan November lalu, Dana Moneter Internasional membantu Pakistan untuk keluar dari jalan buntu melalui pinjaman sebesar 7, 7 milyar dollar yang diberikan dalam kurun dua tahun.
Namun, dana yang diperlukan jauh lebih banyak lagi. Kumpulan pemikir Amerika Serikat "Asia Society" menyatakan dalam laporannya, Pakistan memerlukan 50 milyar dollar untuk lima tahun ke depan guna mencegah ambruknya perekonomian yang akan membawa bencana politik. Tetapi analis politik Hasan Askari Rizvi dari Lahore memperkirakan, dalam pertemuan di Tokyo pemerintah Pakistan tidak akan mendapat bantuan sebesar itu, mengingat para negara donor sendiri terkena dampak krisis keuangan global:
„Saya pikir, jika Pakistan dapat memperoleh enam atau tujuh milyar dollar pada dua, tiga tahun ke depan, komitmen ini seharusnya cukup, setidaknya untuk menghidupkan perekonomian."
AS ingin pantau upaya Pakistan menumpas kaum militan
Perdana Menteri Jepang, hari Kamis (16/04) memberikan isyarat bahwa negaranya mungkin akan bersedia memberikan bantuan kepada Pakistan sekitar satu milyar dollar. Apa pun hasil yang akan dicapai di Tokyo, isu ekonomi tentu akan terkait erat dengan isu politik. Pemerintahan Amerika Serikat mengatakan, bantuan selanjutnya bagi Pakistan pasti akan dikaitkan dengan persyaratan tertentu.
Sebelum bantuan diberikan, AS ingin memonitor kemajuan Pakistan dalam memerangi kelompok militan. Keputusan kontroversial parlemen Pakistan hari Senin (13/04) untuk menyetujui pemberlakuan hukum syariah di wilayah barat laut negara itu, tentunya merupakan topik pembicaraan pada konferensi negara donor hari Jumat ini. Banyak pihak, baik di luar maupun di dalam negeri melihat keputusan itu sebagai pernyataan kekalahan pemerintah Pakistan terhadap kaum ekstrimis. Kembali Hasan Askari Rizvi:
"Saya kira, pihak barat akan menunggu perkembangan beberapa bulan ke depan. Bila terlihat gejala ketidakpastian, berlanjutnya kekerasan maka kekhawatiran mereka tentu meningkat. Pedonor tidak akan memberikan bantuan sekaligus, melainkan secara bertahap. Bahkan jika tidak ada batas ketentuan, pedonor akan mencermati apa yang terjadi di Pakistan. Mereka dapat saja menolak pemberian bantuan bila disimpulkan bahwa segalanya tidak dapat dikendalikan lagi."
Iran ingin selesaikan soal jalur pipa gas bumi
Dalam agenda konferensi di Tokyo juga tercantum isu Iran. Pertemuan itu memberikan peluang untuk melakukan pembicaraan informal antara Teheran dan Washington. Ini merupakan petanda berikutnya bahwa Iran perlahan-lahan kembali berintegrasi dengan komunitas internasional. Iran selama ini memberikan bantuan dalam suplai minyak kepada Pakistan. Namun, menurut Rizvi, target Iran di Tokyo sebenarnya untuk melobi isu lain:
"Kepentingan utama Iran adalah agar jalur pipa gas bumi yang direncanakan dari Iran ke Pakistan dan India akhirnya dapat disetujui. Jadi, ini mungkin merupakan isyarat yang menunjukkan keberhasilan, setidaknya yang menyangkut Pakistan dalam soal pengaturan jalur pipa gas."
Rencana ini bukanlah sesuatu yang baru. Namun pemerintahan AS sebelumnya, berulang kali menekan India dan Pakistan untuk mengesampingkan rencana Iran itu.
Thomas Bärthlein/Christa Saloh
Editor: Dewi Gunawan