Kondisi Pakistan
12 November 2007Harian konservatif Perancis LE FIGARO yang terbit di Paris mengomentari krisis di Pakistan dan rencana penyelenggaraan pemilu bulan Januari mendatang sbb:
"Presiden Musharraf berharap, negara-negara barat bersikap menahan diri dengan kritik mereka, demi kestabilan Pakistan sebagai salah satu sekutu yang penting. Penyelenggaraan pemilu kembali dijadikan kriteria mutlak. Tetapi tidak cukup untuk hanya menghimpun warga agar memberikan suara, tanpa memperhatikan konstitusi untuk membangun demokrasi. Agar pemilu dapat bermakna penting, Pervez Musharraf dan Benazir Bhutto harus berhenti saling menghina. Mereka juga harus melakukan negosiasi supaya warga benar-benar punya alternatif. Perubahan institusi menuju demokrasi sejati, misalnya dijalankan oleh Turki. Tetapi boleh diragukan apakah mereka memang bisa."
Mengenai situasi politik dalam negeri Pakistan yang terus meruncing, harian Italia LA STAMPA yang terbit di Turino berpendapat:
"Sejak presiden merangkap panglima militer Pakistan Pervez Musharraf memberlakukan keadaan darurat, partai-partai oposisi tidak berhasil memobilisasi massa mereka. Satu-satunya perlawanan serius datang dari jajaran para pengacara. Mereka berdemonstrasi sejak seminggu dan membayarnya dengan penahanan terhadap 1280 orang. Di bawah pimpinan Musharraf militer Pakistan berhasil mengendalikan perlawanan masyarakat sipil di negara itu. Tetapi masih harus dibuktikan, apakah mereka juga akan berhasil menangani perlawanan gerilya bersenjata."
Harian Italia lainnya CORRIERE DELLA SERA yang terbit di Milano menulis:
"Benazir Bhutto mencanangkan gebrakan tandingan yang penuh risiko. Presiden merangkap panglima militer, Pervez Musharraf mengelola dengan susah payah keadaan darurat yang dicetuskannya sendiri. Dan militer Pakistan nampak semakin tidak kompak. Musharraf kini harus menghadapi berbagai front. Ada perlawanan intern, belum lagi tekanan dari AS dan juga kasak-kusuk dari kalangan fundamentalis."
Sedangkan harian Jerman DIE WELT edisi online, dalam tajuknya menulis "Pakistan membutuhkan demokrasi". Selanjutnya dapat dibaca:
"Musharraf hanya dapat mempertahankan kekuasaannya lewat pemberlakuan keadaan darurat. Risikonya adalah timbulnya ledakan kekerasan dan ambruknya tatanan negara. Bila Pakistan jatuh ke kancah perang saudara, maka dunia berhadapan dengan sebuah negara yang gagal, bukan hanya tidak dapat diperhitungkan, yang lebih parah lagi, negara itu punya senjata atom. Hanya bila Pakistan kembali ke kondisi demokratis, dan bila perlu dengan menyingkirkan Musharraf, negara itu dapat dihindarkan dari pertumpahan darah."